ThePhrase.id - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah sebut bahwa koalisi yang sehat antar partai politik terbentuk karena ide, sedangkan saat ini partai politik berkoalisi hanya karena threshold. Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum Partai Gelora. (Foto: Instagram/fahrihamzah) Hal tersebut disampaikan Fahri saat menjadi pembicara dalam acara Dialog Demokrasi bertajuk Menakar Mahalnya Ongkos Politik dan Dampaknya terhadap Kualitas Demokrasi dan Kepemimpinan Nasional 2024, di The Habibie Center, Kemang, Jakarta Selatan pada Kamis (16/3). “Mereka berkoalisi karena ide, itulah koalisi yang sehat. Kalau koalisi yang terbentuk sekarang itu kan karena threshold. Dan threshold itu bukan ideologi, bukan cita-cita, tapi threshold itu adalah pembiayaan,” ucap Fahri Hamzah. Fahri Hamzah yakin bahwa keputusan sudah disepakati suatu koalisi saat ini masih dapat berubah di kemudian hari, selama belum memasuki waktu pendaftaran pilpres yaitu tanggal 19 Oktober 2023. Suasana acara Dialog Demokrasi di The Habibie Center, Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (16/3/23). (Foto: Rangga Bijak Aditya) “Diumumkan pun pakai kartu apa? Pakai dasar apa? Diumumkan pun, SK pengumumannya itu tidak diterima oleh KPU, artinya masih mungkin berubah. Yang tidak berubah itu nanti tanggal 19 Oktober 2023, form resmi yang dikeluarkan oleh KPU, itulah yang sah,” tandasnya. Wakil Ketua Umum Partai Gelora tersebut mengingatkan bahwa jika pemilu tidak disistematisasi sebagai suatu pertarungan yang memiliki aturan, serta aturan tersebut mempunya fondasi berpikir, maka hal-hal yang menurutnya menyimpang tersebut rentan terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan, lanjut Fahri, ialah sistem demokrasi, sistem ketatanegaraan, jadwal pemilu, kontestasi yang akan diadu, dan sebagainya, serta dalam demokrasi, penyelenggaranya apakah partai politik atau perseorangan. “Pemilu ini adalah ‘tie boxing’, aturannya itu longgar, inisiatif orang-perorang tinggi, dan sumber daya yang dimobilisir tidak terbatas, termasuk sumber daya yang berasal dari orang yang sedang memegang kekuasaan. Ini yang berbahaya menurut saya ke depan,” imbuh Fahri Hamzah.
Uang sudah Menjadi Sumber Daya Utama Politik
Boni Hargens, Pengamat Politik. (Foto: Instagram/bonihargens) Pengamat Politik, Boni Hargens sebut bahwa tidak bisa dipungkiri, uang menjadi sumber daya utama dalam hal politik di era modern saat ini. Hal tersebut menyebabkan figur-figur yang berkualitas namun tidak memiliki banyak uang akan kalah dengan yang memiliki banyak uang. “Uang kemudian menjadi memang sumber daya utama. Nah apa yang terjadi? Orang kaya dan orang populer lebih laku di pemilu. Tidak lagi orang bicara kualitas, orang bicara soal siapa yang dikenal atau siapa yang bayar. Ini problem,” ucap Boni. Bersamaan dengan hal tersebut, lanjut Boni, muncullah orang-orang tidak berkualitas, tidak memahami ideologi negara, dan bahkan tidak mengerti apa itu nasionalisme dan patriotrisme. (Rangga)