ThePhrase.id – Fakta menarik film pendek karya komunitas film indie asal Ambon, Beta Film yang ditayangkan di IMAJITARI 2021 di Jakarta, 28-30 Oktober 2021.
Film berjudul ‘Sebelum Besok Kembali’ itu diputar bersama dengan 21 film tari lain dari sejumlah negara di dunia.
"Ada 21 film bertema tari dari beberapa negara yang diputar International Dance Film Imajitari 2021. Untuk Indonesia ada 12 film, salah satunya film Sebelum Besok Kembali yang diproduksi oleh kami dari komunitas Beta Film," imbuh Piet Manuputty, salah satu anggota komunitas Beta Film.
Poster acara Imajitari 2021 (Foto: Instagram / Imajitari)
IMAJITARI 2021 merupakan program spesial screening Jakarta International Contemporary Dance Festival yang digelar oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta.
Fakta menarik bahwa film pendek berdurasi 11 menit tersebut diproduksi dengan warna gambar monokrom atau hitam putih dan tanpa dialog atau rekaman suara. Walaupun berdurasi singkat, film pendek ini rupanya membutuhkan waktu selama 1 tahun untuk dapat diselesaikan sepenuhnya.
Kendati demikian, penonton tetap akan mengerti mengenai jalan cerita film tersebut dari narasi dan emosi yang ditunjukkan melalui gerakan tarian kontemporer yang dilakukan oleh tokoh dalam film tersebut, yakni seorang wanita yang hanya beraktivitas di sekitar wilayah dapur rumahnya saja.
Poster film Sebelum Besok Kembali
Piet mengaku bahwa film ini dibuat untuk menunjukkan mengenai fenomena yang cukup meresahkannya, yaitu tentang cara pandang masyarakat terhadap perempuan dan tanggung jawab mereka sebagai seorang manusia.
"Saya menempatkan posisi pengambilan gambar film ‘Sebelum Besok Kembali’ sangat padat untuk mengindikasikan perempuan dalam ruang yang sangat terkungkung, hanya di sekitar itu saja tidak jauh-jauh," ucap dia.
Komunitas Beta Film sebenarnya telah memproduksi beberapa film lain, namun ‘Sebelum Besok Kembali’ merupakan karya pertama mereka yang mengangkat mengenai isu perempuan yang kerap terjadi di Indonesia.
Piet Manuputty, anggota komunitas Beta Film (Foto: Twitter / PietManuputty)
Sebelumnya, komunitas ini juga telah membuat sejumlah film seperti ‘Baju Bola’. Film ini mengangkat isu mengenai budaya dan olahraga di Maluku.
Ada juga film ‘Tamasya di TV Tetangga’ yang mendapat bantuan dana dari Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), serta 2 film yang bekerja sama dengan komunitas film indie lainnya, yakni ‘Hana & Rumput-Rumput Liar di Halaman Belakang’. Film ini mengangkat isu antar agama pasca konflik horizontal 1999 di Ambon.
Lalu film lainnya adalah ‘Munysera’ yang mengisahkan sesosok pembawa kabar kematian di Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya. [hc]