lifestyle

Fenomena Self-Diagnosing Pengaruh Media Sosial, Kenapa Bisa Terjadi?

Penulis Ashila Syifaa
Jan 12, 2023
Fenomena Self-Diagnosing Pengaruh Media Sosial, Kenapa Bisa Terjadi?
ThePhrase.id - Kesehatan mental menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan di media sosial TikTok maupun Instagram. Sekilas video format pendek ini terlihat tidak membahayakan namun banyak kreator yang membahas seputar kesehatan mental dan mempengaruhi self-diagnosing.

Tentunya para konten kreator tersebut sudah memberi peringatan bahwa semua yang dibicarakan bukan untuk self-diagnosing namun untuk edukasi masyarakat luas.

Bagi remaja yang menghabiskan lebih dari 45 menit setiap harinya di TikTok ataupun Instagram, mudah bagi mereka terpengaruh dan merasa dirinya seperti apa yang mereka baca dan dengar.


Foto: Pexels/Mikotoraw Photographer


Sebuah studi yang diterbitkan pada Januari 2023 di jurnal Comprehensive Psychiatry, mengatakan ada peningkatan yang signifikan mengenai self-diagnosing pada remaja dari US, UK, Jerman, Kanada dan Asutralia.

Lalu, apa yang dimaksud dengan self-diagnosing? Self-diagnosing atau self-diagnosis adalah sebuah asumsi yang menyatakan bahwa sesorang mengidap suatu penyakit berdasarkan pengetahuan sendiri. Hal ini dapat terjadi karena tren yang ada memutar di media sosial tapi juga didorong oleh sulitnya akses ke pakar kesehatan mental.

Kali ini, remaja tak lagi self-diagnoising dengan penyakit mental seperti depresi dan kecemasan tetapi juga dengan ADHD, Tourette Syndrome dan OCD.

Meskipun, self-diagnosis merupakan hal yang sangat tidak disarankan dan dapat berbahaya juga salah menangani asumsi tentang penyakit yang dimiliki.

Prof Pat McGory, Psikiater dan Direktur Eksekutif Layanan Kesehatan Mental Remaja Orygen, dikutip dari The Guardian mengatakan penting mengetahui bahwa hanya karena beberapa remaja membagikan diagnosis diri mereka dan mempresentasikannya ke dokter, bukan berarti mereka tidak menderita.

Foto: Pexels/Cottonbro Studio


Ia menambahkan bahwa beberapa remaja ini hanya ingin mengetahui alasannya kenapa mereka merasakan tidakĀ  baik-baik saja terutama setelah menghadapi tantangan pandemi.

Dokter anak di Australia yang telah menangani beberapa remaja yang self-diagnosing menemukan bahwa beberapa terdiagnosis memiliki penyakit tersebut dan lainnya tidak. Hal ini baik karena dapat membantu anak untuk lebih dipahami dan mendapatkan perawatan yang tepat.

Akan bahaya jika self-diagnosing yang dilakukan tidak diteruskan kepada dokter, karena melakukan penanganan sendiri dapat memperburuk situasi jika tidak dilakukan secara tepat.

Self-diagnosing dapat menjadi langkah awal remaja ataupun sesorang untuk memahami diri sendiri. Tetapi setelah merasakan dirinya memiliki sebuah penyakit alangkah baiknya untuk konsultasi ke dokter dan ahlinya. [Syifaa]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic