ThePhrase.id - Konfederasi Sepak Bola Dunia (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menyampaikan pernyataan perihal tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu 1 Oktober 2022 malam WIB.
"Dunia sepak bola sedang syok menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir partai Arema FC dan Persebaya," beber Presiden FIFA, Gianni Infantino di laman FIFA.
Pernyataan AFC atas tragedi Kanjuruhan. Foto AFC.
"Ini adalah hari yang gelap untuk semua orang yang terlibat dalam sepak bola," ucap Presiden FIFA berumur 52 tahun tersebut.
"Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini," ungkap Infantino.
"Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban terluka, bersama rakyat Indonesia, AFC, PSSI, dan Liga Indonesia pada saat yang sulit ini," tegasnya.
Presiden AFC, Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa turut prihatin dan bersedih atas kejadian yang terjadi di Kanjuruhan.
"Saya sangat terkejut dan sedih mendengar berita tragis seperti ini keluar dari Indonesia yang mencintai sepak bola," ujar Shaikh Salman di situs AFC.
"Atas nama AFC dan keluarga sepak bola Asia, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga dan teman-teman para korban, sambil mengungkapkan rasa duka cita kami," tutur Shaikh Salman.
"Semoga cepat pulih untuk para pendukung yang terluka dalam insiden itu dan dukungan untuk PSSI dan klub-klub," ucap Shaikh Salman.
Sedikitnya 174 orang tewas dalam tragedi Kanjuruhan ketika Arema FC berhadapan dengan Persebaya Surabaya.
Kekalahan Arema FC 2-3 dari Persebaya pada membuat suporternya, Aremania menyerbu ke lapangan dan bertindak anarkistis.
Kepolisian lalu memukul balik Aremania dan menembakkan gas air mata secara berulang-ulang.
Lepasan gas air mata itu membuat Aremania berhamburan keluar stadion dan menimbulkan kerumunan yang memicu sesak napas hingga terinjak-injak.
Seratusan orang menjadi korban tewas akibat kerusuhan Aremania dan tindakan represif kepolisian dan menjadi tragedi paling terparah di sepak bola Indonesia.