ThePhrase.id - Salah satu yang paling banyak disorot dalam debat capres-cawapres adalah stabilitas emosi para capres-cawapres itu. Peserta debat yang bisa mengontrol emosinya dengan psikologis lebih stabil dalam menyampaikan jawaban atau argumennya, cenderung banyak disukai. Sebaliknya publik tidak menyukai peserta debat yang emosional dan dengan psikologis yang labil. Emosional atau emosi yang berlebihan akan memperburuk performance karena peserta debat tidak bisa fokus menyampaikan jawabannya secara efektif dalam rentang waktu yang terbatas.
Debat memang barang baru dalam demokrasi di Indonesia yang baru diadopsi pada abad ke-20. Dua abad lebih muda dari usia demokrasi modern yang sudah dipraktekkan lama sejak pascarevolusi politik di Prancis akhir abad 18. Sosiolog Profesor Bustami Rahman mengartikan debat dengan suatu aktivitas tukar pikiran, menyampaikan dan mempertahankan pendapat, memberi argumen, bahkan bisa menyerang pendapat lawan, agar dapat mematahkan argumen lawan dan memenangkannya.
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo dapat berdebat dengan nyaman dan rileks karena keduanya adalah generasi yang tumbuh dalam suasana Indonesia yang telah mengadopsi demokrasi modern itu. Hal itu terlihat jelas dari gestur dan ketenangan menghadapi pertanyaan dan sanggahan lawan. Sehingga waktu yang terbatas digunakan sangat efektif untuk menjawab atau memberi tanggapan. Anies dan Ganjar tumbuh dalam aktifitas yang biasa dibantah, terbiasa menggugat dan mempertahankan pendapat dengan fakta.
Tapi tidak demikian dengan Prabowo Subianto. Paslon nomor urut 2 ini sering kekurangan waktu dalam memberikan jawaban dan tanggapannya. Bahkan pada debat ketiga dia sempat menyela Anies yang sedang berbicara yang diingatkan oleh moderator untuk menghentikannya.
Pengamat politik, Airlangga Pribadi Kusman yang juga pengajar di Universitas Airlangga menilai Calon Presiden Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo menunjukkan performa terbaik dibandingkan capres lainnya Menurutnya, hal itu terlihat dari kepercayaan diri dan ketenangannya tampil melampaui Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto dan Calon Presiden Nomor Urut 1 Anies Baswedan.
"Untuk itu maka nilai yang bisa kami berikan pada Ganjar Pranowo adalah 8,5," ujar Airlangga, Senin (8/1/2024). Airlangga memberi nilai 7,5 kepada Anies dan 4,5 untuk Prabowo.
Polling Litbang Kompas juga memberikan angka tertinggi kepada tingkat kepuasan kepada Ganjar 79,7 persen, Anies 71,4 persen dan Prabowo 48,9 persen.
Dari polling yang ada setelah debat capres ketiga, pada Minggu 7 Januari 2024 lalu, Prabowo memiliki skor tingkat kepuasan publik paling rendah. Mantan Danjen Kopassus itu terlihat tidak fokus dengan materi debat dan banyak menanggapi hal-hal yang tidak perlu. Prabowo juga kerap melontarkan kata-kata sinis yang tak menjawab masalah yang dilontarkan lawan. Akibatnya waktu yang dialokasikan banyak yang terbuang percuma dan selalu menunjukkan gestur tak nyaman atau tak terima dengan kritik lawan. Sehingga terkesan tidak faham dengan makna dan aturan main dalam debat.
Saat ini, Prabowo sudah berusia 72 tahun, terpaut jauh dari kedua rivalnya yang berusia 54 dan 55 tahun. Dengan didikan militer yang kuat Prabowo memandang penting hubungan senior-yunior. Mengkritik senior dalam tradisi militer adalah pelanggaran etik berat. Makanya, dia menyebut Anies tak layak berbicara soal etika karena baginya mengkritik senior itu pelanggaran etik. Itu tergambar jelas dalam ucapan Prabowo usai debat itu, ketika ditanya mengapa dia tak mau bersalaman dengan Anies. “Dia tidak datang kepada saya, Saya lebih tua”. Ditambah lagi Prabowo merasa berjasa menjadi salah satu pengusung Anies ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu.
Dengan latar belakang budaya Jawa yang kental tidak mudah juga bagi Prabowo untuk berdebat karena berdebat bagi orang Jawa, kata Prof. Bustami Rahman sama dengan “padhu” atau mengajak berkelahi. Seperti halnya juga orang Melayu yang melihat debat itu tidak lebih dari 'tengkar'. Mantan Rektor Universitas Bangka Belitung itu menjelaskan, dengan usianya yang jauh lebih senior, Prabowo merasa pantas menggenggam nilai 'yang dipertua'.
“Pertanyaan Anies dianggap sebagai serangan yang tidak patut dari orang yang usianya lebih muda dan seolah-olah mengajak 'padhu' atau 'bertengkar', kata Bustami Rahman.
Sementara Anies dan Ganjar berusaha mempraktikkan budaya debat demokrasi modern, tetapi Prabowo bisa saja menanggapi dengan mentalitas budaya yang berbeda. Karena memang dalam hasanah budaya kita debat memang tidak lazim dipakai untuk cara mencari kebenaran, yang ada dikenal istilah: rapat, musyawarah, rundingan, rembugan.
Perlu persiapan matang untuk menjadi peserta debat yang perform yang ditonton oleh jutaan orang. Jam terbang tinggi sebagai politisi yang sudah malang melintang pun tak menjamin untuk bisa berdebat dengan baik. Seperti yang dialami Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang sempat terlihat gelagapan ketika mendapat pertanyaan jebakan dari Gibran tentang SGIE atau State of the Global Islamic Economy, pada debat kedua, 22 Desember 2023. Namun latar belakangnya sebagai santri dan aktifis memberinya Cak Imin banyak bekal yang membuatnya cepat menguasai situasi.
“Yang namanya istilah itu kan banyak sekali ada yang kita hapal ada yang kebetulan kita lupa singkatannya,” ujar Cak Imin menjelaskan sikapnya itu.
Namun banyak yang menyayangkan Cak Imin tampil tidak seperti dirinya yang dikenal humoris dan ringan dengan segala situasi. Ada yang menilai Cak Imin terpengaruh oleh Anies Baswedan yang memiliki latar belakang sebagai akademisi. Tapi ada juga yang menilai Cak Imin terpengaruh oleh situasi debat yang baru pertama kali sebagai cawapres yang membuatnya tampil tidak seperti karakter aslinya.
Selain kisah blunder ada juga kejutan di panggung debat capres-cawapres 2024 ini. Gibran yang biasa tampil irit dengan kata-kata, justru sangat lancar menghadapi dua lawannya dan bisa menguasai panggung. Meskipun banyak kritik yang dialamatkan padanya, seperti penggunaan earpiece atau earphone yang diduga untuk memfeeding informasi ketika dia kehabisan kata-kata. Termasuk memberi pertanyaan jebakan berupa singkatan bahasa Inggris yang dilapalkan dengan bahasa Indonesia. Sebuah pertanyaan yang dipertanyakan banyak pihak apakah Gibran memahami betul substansi pertanyaannya sebagai bagian dari visi misi paslon 02, Atau hanya sekedar pertanyaan salah benar layaknya cerdas cermat pada siswa sekolah.
Yang pasti semua paslon harus menganggap penting debat ini sebagai cara untuk mendapatkan dukungan, karena faktanya tampilan para paslon di forum debat itu sangat berpengaruh pada angka-angka di polling dan di survei elektebilitas mereka. (Aswan AS)