trending

Gagah Lawan Penjajah, Inilah 8 Pahlawan Militer dari Jawa Timur

Penulis Firda Ayu
Nov 11, 2021
Gagah Lawan Penjajah, Inilah 8 Pahlawan Militer dari Jawa Timur
ThePhrase.id –  Militer di jaman penjajahan selalu menghadapi berbagai bahaya dan ancaman dari para penjajah. Bergabung dalam militer, 8 pahlawan dari Jawa Timur ini tak takut ancaman penjajah dan terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Yuk simak profil mereka:

Halim Perdanakusuma


Halim Perdanakusuma
Halim Perdanakusuma (Foto: IDNTimes / tni-au.mil.id)


Marsda. Abdul Halim Perdana Kusuma, atau biasa dikenal dengan Halim Perdanakusuma lahir di Sampang, 18 November 1922. Ia merupakan tokoh yang memperkuat Angkatan Udara RI di masa awal kemerdekaan. Bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Halim bertugas mengorganisir Angkatan Udara RI. Ia berhasil beberapa kali menembus blokade udara Belanda yang dikenal sangat ketat. Sayangnya, Halim Perdanakusuma gugur dalam usahanya menjalankan misi mencari bantuan ke luar dengan menggunakan pesawat RI-003. Pesawat ini terjebak cuaca buruk dan terjatuh di Malaysia pada 14 Desember 1947. Atas jasanya terhadap Angkatan Udara, pangkatnya dinaikkan menjadi Laksamana Muda Udara dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975.

Iswahyudi (Marsma. R. Iswahjoedi)


Marsma Iswahjoedi
Marsma Iswahjoedi (Foto: Tribunnewswiki / tokoh.id)


Marsda Anumerta Iswahjoedi atau Iswahyudi yang lahir di Surabaya, 15 Juli 1918 ini merupakan salah satu perintis TNI Angkatan Udara Indonesia. Iswahyudi yang tercatat dalam anggota angkatan udara Belanda sempat dilarikan ke Australia oleh Belanda saat konfrontasi Belanda melawan Jepang. Namun, ia berhasil melarikan diri dengan menaiki perahu karet ke Surabaya.

Berhasil selamat dari perjalanan berbahaya ini, kedatangan Iswahyudi sayangnya diketahui oleh Jepang dan dia menjadi tahanan Jepang. Setelah kemerdekaan, Iswahyudi turut serta dalam pengambilalihan kantor-kantor pemerintahan dari tangan Jepang dan perang 10 November 1945 di Surabaya.

Dalam misinya mencari bantuan ke Bangkok dan Singapura, Iswahyudi meninggal dalam kecelakaan pesawat di Malaysia bersama Halim Perdanakusuma. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975.

Harun Thohir (Kopral Anumerta KKO Harun bin Said)


Kopral Anumerta KKO Harun bin Said
Kopral Anumerta KKO Harun bin Said (Foto: wikipedia)


Kopral yang lahir di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik pada 4 April 1947 ini merupakan salah satu dari dua anggota KKO (Korps Komando Operasi, yang kini disebut Marinir) Indonesia yang ditangkap di Singapura saat Konfrontasi dengan Malaysia. Kopral Anumerta Harun dihukum gantung di Singapura pada Oktober 1968 dengan tuduhan sebagai pelaku yang meletakkan bom di MacDonald House, Orchard Road, Singapura. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 17 Oktober 1968.

M.T. Haryono


M.T. Haryono
M.T. Haryono (Foto: goodnewsfromindonesia / Kebudayaanindonesia.net)


Letjen. Mas Tirtodarmo Harjono atau M.T. Haryono, lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya. Sebagai kalangan terpelajar yang fasih berbahasa Inggris, Belanda dan Jerman, ia sering ditunjuk sebagai delegasi dalam berbagai perundingan.

Dalam Konferensi Meja Bundar, M.T. Haryono ditunjuk sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Deputy III Menteri/ Pangliman Angkatan Darat  dan berkecimpung dalam bidang militer semasa hidupnya. M.T. Haryono diculik dan dibunuh pada 1 Oktober 1965 dalam G30S/PKI dan dibuang di Lubang Buaya oleh PKI. Pada 5 Oktober 1965, jenazahnya dipindahkan di TMP Kalibata dan dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi.

Basuki Rahmat


Basuki Rahmat
Jenderal Basuki Rahmat (Foto: kuwaluhan)


Basuki Rahmat yang lahir di Tuban, 4 November 1921 merupakan seorang jenderal dan politisi yang berperan penting dalam lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Selama masa penjajahan Jepang, ia membentuk batalion Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan ditunjuk menjadi Komandan Batalyon 2 Resimen 31 Divisi IV Ronggolawe dan Komandan Batalyon 16 Brigade 5 Divisi I Jawa Timur.

Jenderal Basuki Rahmat yang saat itu menjadi Panglima Komando Daerah Militer VII (Kodam VII/Brawijaya) juga berperan penting menyadarkan Prajurit Jajaran Kodam agar tidak terhasut PKI. Ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Januari 1969 dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan Keppres No. 10/TK/1969, 9 November 1969.

Moehammad Jasin


Polisi Istimewa
Polisi Istimewa, Moehammad Jasin (Foto: tribunnewswiki / direktoratk2krs)


Tak banyak yang tahu nama Moehammad Jasin atau Komjen Dr. H. Muhammad Jasin. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Polisi Istimewa, salah satu nama jalan di Surabaya. Ia juga lebih banyak dikenal sebagai Bapak Brimob Polri. Dalam perjuangannya melawan penjajah, Muhammad Jasin turut serta melawan Agresi Militer Belanda, APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, dan juga pengamanan ancaman DI/TII. Ia wafat pada 3 Mei 2012 dan dimakamkan di TMP Kalibata.

Moestopo


Prof. Dr. Moestopo
Mayjen. Prof. Dr. Moestopo (Foto: liputan6)


Mayjen. Prof. Dr. Moestopo sebenarnya merupakan seorang dokter gigi, namun pada saat penjajahan ia angkat senjata dan turut serta dalam mengusir penjajah. Tergabung dalam PETA, ia menjabat sebagai Komandan Pasukan (Cudanco) Sidoarjo, Komandan Batalyon (Daidanco) Gresik dan Kepala Badan Keamanan Rakyat atau BKR di Surabaya.

Moestopo juga sempat menjabat sebagai Menteri Interim Pertahanan RI dan menolak pelucutan senjata dan tuntutan dari Inggris yang menyebabkan terjadinya pertempuran pada 28-30 Oktober 1945.

Dipensiunkan sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno pada tahun 1946, Moestopo tetap berkiprah dan berjasa diberbagai bidang hingga wafat pada 29 September 1986 di Bandung. Ia dimakamkan di TMP Cikutra dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 9 November 2007.

Soeprijadi

Supriyadi
Supriyadi (Foto: wikimediacommons / Raymond Dwiyanto)


Pahlawan yang lahir di Trenggalek, 13 April 1923 ini tergabung dalam PETA sebagai komandan platon atau shodanco di Blitar. Ditugaskan mengawasi pekerja romusha, Supriyadi merencanakan pemberontakan terhadap Jepang.  Sayangnya pemberontakan ini gagal karena rencana prajurit PETA ini telah diketahui pihak Jepang.

Pada 6 Oktober 1945, Supriyadi diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat, namun, ia tidak pernah muncul dan keberadaannya tidak diketahui hingga saat ini. Terlepas dari keberadaannya yang misterius, Supriyadi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 9 Agustus 1945.

Itulah profil para pahlawan militer dari Jawa Timur. Semangat juang mereka patut dihargai dan ditiru pemuda Indonesia. [fa]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic