
ThePhrase.id – Gempa bermagnitudo 7,6 kembali mengguncang wilayah timur laut Jepang pada Senin (8/12) malam waktu setempat.
Melansir Antara, Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi pada Selasa (9/12) mengonfirmasi bahwa sedikitnya 30 orang terluka akibat gempa tersebut. Pemerintah Jepang juga memperingatkan potensi terjadinya gempa susulan di sepanjang pesisir Pasifik dalam beberapa hari ke depan.
Badan Meteorologi Jepang menjelaskan bahwa gempa berpusat di lepas pantai Pasifik Prefektur Aomori dan terjadi pada pukul 23.15 waktu setempat, dengan kedalaman 50 kilometer. Magnitudo gempa awalnya dilaporkan 7,2 dan kemudian direvisi menjadi 7,6.
Gempa tercatat mencapai intensitas 6 atas pada skala intensitas seismik Jepang, yang memiliki skala maksimal 7, di sejumlah wilayah Aomori. Getaran akibat gempa juga dirasakan hingga ke pusat Tokyo.
Gempa terjadi di sepanjang palung di lepas pantai Hokkaido dan timur laut Jepang, kawasan rawan gempa besar akibat pergerakan Lempeng Pasifik. Peringatan khusus yang dikeluarkan kali ini menjadi yang pertama bagi pesisir Hokkaido dan pantai Sanriku yang membentang dari Aomori hingga Iwate dan Prefektur Miyagi.
Tak lama setelah gempa, peringatan tsunami dikeluarkan untuk pesisir Hokkaido serta prefektur Aomori dan Iwate dengan potensi gelombang hingga tiga meter. Tsunami tertinggi tercatat sekitar 70 sentimeter di Prefektur Iwate, dan otoritas sempat memperingatkan potensi gelombang lebih tinggi di pesisir timur laut Jepang.
Tiga setengah jam setelah gempa, peringatan tsunami diturunkan menjadi peringatan waspada, dan seluruh peringatan dicabut pada Selasa pukul 06.20 waktu setempat.
Dampak gempa turut dirasakan pada sektor transportasi. Operator JR East menghentikan sementara layanan kereta cepat Tohoku Shinkansen di ruas antara Stasiun Fukushima dan Shin-Aomori.
Sebagai langkah lanjutan, Kantor Kabinet Jepang meminta masyarakat tetap berada dalam kondisi waspada setidaknya selama satu minggu, termasuk dengan menyiapkan perlengkapan darurat guna memudahkan evakuasi jika diperlukan.
Di sisi lain, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo mengimbau seluruh WNI di Jepang untuk tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan.
KBRI juga mengingatkan WNI untuk terus memantau perkembangan situasi melalui berbagai kanal media nasional Jepang serta mengikuti seluruh arahan otoritas setempat, termasuk mempelajari rute evakuasi dan menyiapkan tas darurat, dokumen penting, serta uang tunai secukupnya.
Bagi WNI yang menghadapi situasi darurat, KBRI Tokyo membuka layanan hotline di +81-80-3506-8612 dan +81-80-4940-7419, serta KJRI Osaka di +81-80-3113-1003. [fa]