features

Gibran, Seperti Telur di Ujung Tanduk

Penulis Aswandi AS
Jun 04, 2025
Pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto (kiri), Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (tengah), dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka jelang Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Jakarta, Senin (02/06/25). (Foto: Instagram/prabowo)
Pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto (kiri), Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (tengah), dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka jelang Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Jakarta, Senin (02/06/25). (Foto: Instagram/prabowo)

ThePhrase.id - Posisi Gibran Rakabuming Raka,  sudah seperti  telur di ujung tanduk.  Bukan hanya  karena tiang penyangganya yang mulai lemah, tetapi juga kesalahan masa lalu yang ikut membebaninya.  Kesalahan yang membuatnya tak nyaman berada di tengah kawan dan lawan politiknya, yang memperlakukannya seperti anak kecil  yang berada di tengah-tengah pembicaraan orang dewasa.  

Keadaan itu tergambar jelas pada momen peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Senin 2 Juni 2025. Gibran tampak tegang duduk semeja dengan para tokoh yang selama ini mempersoalkan posisinya sebagai wakil presiden. Di depannya ada Megawati Sukarnoputri,  Ketua Umum PDI Perjuangan yang memecat Gibran dan bapaknya Jokowi karena dianggap telah berkhianat kepada partai yang telah membesarkan keluarganya.  Di sebelah Megawati, ada Jenderal TNI Purnawirawan Try Sutrisno,  sesepuh TNI dan mantan wakil presiden yang  ikut menandatangani usulan pemakzulan Gibran, karena dianggap melanggar aturan.

Bila Gibran memiliki kapasitas seperti orang-orang di sekitarnya, maka dia bisa mencairkan suasana dengan bicara santai seperti para tokoh lainnya.  Tidak seperti anak bawang yang ikut kelas orang dewasa, mendengar tapi tak memahami masalah.  Atau, bisa jadi juga paham tapi tidak cukup power dan percaya diri untuk ikut nimbrung masuk dalam topik pembicaraan.  Kekuatan dan kepercayaan diri yang terbenam karena perbuatan buruk  sendiri dan keburukan yang ditinggalkan Jokowi, bapaknya.  

Seperti  kisah tentang Fufufafa yang masih terus berlanjut dan belum ada penyelesaiannya.  Postingan kata-kata tidak pantas yang menghujat orang seperti Prabowo akan menjadi gelisah dan rasa tak nyaman setiap kali berhadapan dengan yang bersangkutan.  Gelisah yang akan menyandera  dan membuat Gibran semakin terpojok dan tak bisa berbuat apa-apa.  Meskipun Gibran menyangkal, tetapi bukti dan fakta yang beredar selama ini  menyebut Gibran adalah nama di balik Fufufafa.  

Peringatan Prabowo

Di momen itu, Presiden Prabowo menegaskan untuk menindak siapa saja yang melanggar undang-undang tanpa pandang bulu.

“Di tempat yang bersejarah ini, atas nama rakyat Indonesia, saya memperingatkan semua unsur di semua lembaga, segera benah diri, segera bersihkan diri. Karena negara akan bertindak. Negara kita kuat, mereka-mereka yang tidak setia kepada negara akan kita singkirkan dengan tidak ragu ragu, tanpa memandang bulu, tanpa melihat keluarga siapa, partai mana, suku mana. Yang tidak setia kepada negara, yang melanggar undang undang, yang melanggar undang undang dasar, akan kita tindak, ” kata Prabowo dalam pidatonya.

Pidato Prabowo ini memang tidak menyebut nama, tetapi menyasar kepada siapa saja yang telah melanggar undang-undang.  Bagi yang telah melanggar tentu ucapan Prabowo ini seperti hantaman palu godam yang membuat hati tak tenang. Apalagi di bagian lain pidatonya Prabowo meminta pejabat mengundurkan diri sebelum diberhentikan.

“Semua pejabat yang tidak mampu melaksanakan tugas lebih baik mundur sebelum saya berhentikan,” ujar Prabowo lagi.

Bagaimana dengan Gibran? Apakah dia pernah melanggar undang-undang?  Para purnawirawan TNI yang tergabung dalam Forum Purnawirawan TNI yang didukung Jenderal (Purn) Try Sutrisno berkeyakinan, Gibran telah melanggar undang-undang.  Keputusan MK yang meloloskan Gibran maju sebagai capres pemilu 2024, dinilai telah menyalahi aturan.  Menurut para purnawirawan itu, keputusan MK terhadap Pasal 169 huruf q UU Pemilu itu,  telah melanggar hukum acara MK dan UU Kekuasaan Kehakiman.  Karena itu, mereka meminta presiden mengusulkan kepada MPR untuk mengganti Gibran.

Sebutan Gibran sebagai anak haram konstistusi  sampai hari ini masih melekat karena proses anomali keikutsertaannnya dalam pilpres yang mengakali aturan.  Peran bapak dan pamannya yang meloloskannya di kontestasi itu tidak hanya merusak tatanan tetapi juga menghilangkan kesempatan putra terbaik negeri ini berkompetisi secara sehat  untuk menjadi pemimpin dengan kapasitas dan kapabilitas mumpuni.

Apakah Gibran mampu mengampu jabatannya itu?   Banyak kritik bernada nyiyir para netizen di media sosial  tentang kapasitas Gibran. Kontennya tentang bonus demografi dan artificial intelligent (AI) banyak ditanggapi negatif. Tanggapan dan reaksi negatif yang membuat Gibran mengeluh.

"Ini saya enggak tahu kenapa setiap kali saya posting AI di Instagram, Tiktok reaksinya negatif," kata Gibran di Universitas Pelita Harapan, Kamis (20/3/2025).

Munculnya kritikan atau reaksi negatif itu karena para netizen tahu bahwa keseharian Gibran tidak tercermin dalam kontennya itu.  Sehingga apapun tema kontennya  yang terkait dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial, tidak dianggap sebagai buah pikiran dari kapasitas dirinya, tetapi hasil racikan dari tim konten atau pemikiran orang lain.  Ibarat seorang atlet atau pemain, Gibran ini dipaksakan ikut bertanding dan bermain jauh di atas kelasnya.  Maka akan terjadi dua kemungkinan, babak belur dipukul lawan atau menjadi mainan karena lawan tak tega menghabisinya dengan membuat pertandingan menjadi ajang lucu-lucuan.  

Dilihat dari sisi ini, Gibran adalah anak yang menjadi korban ambisi orang tuanya. Orang tua yang ingin terus berkuasa tetapi sudah kehabisan masanya.  Akibatnya, Gibran kini menjadi serba salah dan bingung apa yang harus diperbuat dengan jabatannya itu. Termasuk juga timnya, sudah kehabisan cara memoles Gibran agar tetap bersinar dan moncer.  Blusukan yang selama ini menjadi andalan untuk menjaga citra, sudah tak ampuh lagi.  Netizen sudah tahu rahasianya  karena trik itu sudah sering dilakukan Jokowi untuk menyihir publik di masa lalu.

Seperti blusukannya ke IKN (Ibukota Nusantara) pada 28 Mei 2025 lalu.  Video yang menayangkan momen itu banyak mendapat tanggapan negatif yang mempertanyakan tujuan blusukannya itu.

“Gak ada urgensinya. Rakyat Indonesia masih butuh pekerjaan, butuh pangan, butuh pengentasan kemiskinan dan lain-lain, dana untuk ibukota baru itu sebuah ironi,” tulis akun h4sta_brata, di Instagram Rakyat merdeka online.  

“Udah situ aja pak; biar ada yang jaga istana IKN nya,” timpal akun rahmata74.

“Biar kelihatan kerja aja itu Gibran, bukannya bantu Prabowo bekerja malah liburan ngabisin anggaran doang,,” tulis akun@hoonrion di channel Metro TV.

Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas'ud yang mendampingi Gibran dalam kunjungan itu mengungkapkan, Gibran akan mulai berkantor di IKN pada 2026.  Menurut Rudy,  Gibran memberikan penilaian positif terhadap progres IKN.

"Beliau bilang mantap sekali, view-nya indah, tidak ada catatan, cukup aman," ujar Rudy meniru ucapan Gibran tentang progress IKN.

Semoga saja kesampaian hingga 2026 mendatang, mengingat posisi Gibran sekarang yang sudah melemah dengan banyaknya tiang penyangga yang dilepas satu-satu ikatannya.  Seperti kata pepatah, posisi Gibran sudah  seperti telur di ujung tanduk. Rentan dan sangat mudah jatuh.  Kalaupun masih bertahan karena sekarang masih ada yang memegang banteng agar tak menggoyang tanduknya.  Wallahu’alam. (Aswan AS)

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic