ThePhrase.id- Ambisi Joko Widodo untuk mengangkat anaknya Gibran Rakabuming Raka duduk di kursi kekuasaan, telah membuat Gibran terjebak seperti seorang tawanan. Rendahnya kapasitas dan kapabilitas, menyebabkan Gibran tidak bisa menggunakan power jabatannya sebagai wakil presiden. Kursi wakil presiden yang didudukinya seolah menjadi tempat yang membuatnya seperti seorang tawanan dalam istana. Tawanan yang ikut menyeret bapaknya tersandera di tengah kejaran masalah dan kasus yang pernah dilakukan selama 10 tahun berkuasa.
Seharusnya Jokowi dan keluarganya dapat hidup tenang sebagai seorang mantan presiden yang pernah berkuasa selama 10 tahun. Namun ambisi untuk tetap berkuasa telah mendorong Jokowi melakukan berbagai cara untuk mendudukan anaknya berada di tampuk kuasa. Termasuk dengan melanggar hukum dan merubah aturan yang menyebabkan rusaknya tata kelola dan aturan dalam berbangsa dan bernegara. Akibatnya, kini Jokowi dan keluarganya seperti dikejar dosa dan dikurung masalah yang muncul satu-satu ke permukaan meminta pertanggungjawaban.
Bagaimana tidak, kasus ijazah palsu saja telah membuat Jokowi melakukan berbagai cara untuk meyakinkan publik percaya bahwa ijazahnya asli dan bukan dibuat di Pasar Pramuka. Jokowi mengerahkan relawan, menyewa pengacara, membuat acara reuni dan merancang seremoni untuk meyakinkan dirinya benar alumni Universitas Gajah Mada.
Seperti reuni Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Fakultas Kehutanan (KAGAMAHUT) angkatan 1980 , di Fakultas Kehutanan UGM, Sabtu (26/7/2025). Dalam reuni bertajuk “Reuni SPIRIT ‘80: Guyub, Rukun, Migunani” itu, Jokowi hadir bersama istrinya, Iriana. Namun para netizen banyak yang menyoroti reuni itu, terutama kaos biru yang dikenakan semua peserta, sementara Jokowi sendiri mengenakan kemeja putih yang menjadi ciri khasnya.
Yang terbaru adalah kehadiran Jokowi pada Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-62 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ( UGM ), Jumat, 17 Oktober 2025. Dalam acara yang bertema “Nandur Rasa, Ngunduh Paseduluran” itu menghadirkan Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni sebagai pembicara utama. Rektor UGM Ova Emilia menyapa khusus kepada Jokowi dengan menyebutnya sebagai alumni kebanggaan.
"Selamat datang Bapak Alumni Kebanggaan Fakultas Kehutanan," ujar Ova dalam sambutanya.
Namun acara ini banyak dipertanyakan karena diadakan 2 bulan lewat dari hari berdirinya Fakultas Kehutanan UGM, 17 Agustus. Selain itu, sebagian besar tokoh yang hadir adalah para pendukung ijazah Jokowi dan orang-orang yang loyal pada Jokowi. Dan yang paling menarik perhatian adalah sikap Jokowi yang celingukan ketika diminta untuk memperagakan simbol salam UGM pada momen sesi foto bersama. Sikap itu, dijadikan netizen sebagai sinyal yang meragukan Jokowi sebagai alumni UGM.
Proyek ambisius Jokowi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung telah menjadi perbincangan publik karena skandal dengan beban utang sebesar Rp116 triliun. Penolakan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa untuk menggunakan APBN membayar utang proyek itu telah membuka kotak pandora yang membuat Luhut Binsar Pandjaitan ikut kebakaran jenggot. Luhut mencoba lepas tangan dan buang badan dari proyek yang diperjuangkannya bersama Jokowi itu.
Besarnya utang proyek kereta cepat itu disinyalir karena adanya mark up berkali-kali lipat. Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mencurigai adanya mark up berdasarkan perhitungan pihak Indonesia per 1 kilometer pembangunan kereta cepat sebesar 52 juta dolar AS, sementara hitung-hitungan pihak China hanya 17-18 juta dolar AS.
"Whoosh harus diteliti, karena ada dugaan mark up. Harus diperiksa, uangnya lari kemana," kata Mahfud, di channel Yooutube Mahfud MD Official, Rabu 15 Oktober 2025.
Diperkirakan, proyek ambisius Jokowi lainnya seperti IKN (Ibukota Nusantara) akan memiliki kisah serupa, karena proyek ini banyak menguras APBN setelah investor asing yang disebut Jokowi selama ini tidak ada satupun yang berminat.
Jokowi dan keluarganya juga disebut terlibat dalam kasus tambang illegal seperti tambang nikel, timah, perkebunan dan kehutanan.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menyebut nama pihak yang menjadi biang kerok perampokan tambang selama ini.
“Siapa sih yang biang kerok sebenarnya perampokan tambang di Indonesia, menurut saya yang pertama adalah Joko Widodo, yang kedua adalah Luhut Binsar Pandjaitan, yang ketiga adalah Bahlil Lahadalia, yang keempat adalah Sri Mulyani,” kata Said Didu di chanel youtube pribadinya, Senin (13/10/2025).
Demikian juga, kasus-kasus korupsi yang melibatkan para menteri era Jokowi disebut ada hubungannya dengan Jokowi dan keluarganya, seperti kasus pengadaan laptop di masa Nadiem Makarim di Kementerian pendidikan, korupsi kuota Haji di era Menteri Yaqut Cholil Qoumas, judi online di masa Budi Arie Setiadi sebagai Menkominfo, kasus impor gula beberapa menteri perdagangan, impor BBM dan lain-lain.
Banyaknya aliran uang dari kasus-kasus illegal selama ini membuat politisi senior, Amien Rais membenarkan ucapan Beathor Suryadi tentang keberadaan bunker di rumah Jokowi.
“Uang triliunan yang katanya berasal dari jalur ilegal itu disembunyikan agar tak terendus PPATK,” ujar Amien Rais di kanal YouTube resminya, Amien Rais Official, pada Selasa (1/7/2025).
Banyaknya kasus yang melilit Jokowi membuat beberapa pihak menduga adanya kemungkinan Jokowi akan kabur ke luar negeri, seperti yang dilakukan para pemimpin negara lain yang diburu oleh rakyatnya karena kasus dan pelanggarannya selama berkuasa. Namun tampaknya Jokowi tidak akan kemana-mana dan memilih melakukan perlawanan melalui orang-orang dan para loyalisnya. Bukan karena dia yakin akan membalikkan keadaan dan memenangkan perseteruan dengan para penggugatanya, tetapi karena dia tersandera dengan keberadaan Gibran anaknya yang tertawan di kursinya di dalam istana.
Gibran tertawan bukan oleh siapa-siapa, tetapi disebabkan oleh rendahnya kapasitas dan kapabiltas yang membuatnya tidak leluasa kemana-mana. Kapasitas dan kapabilitas yang rendah itu juga membuatnya tidak mampu menggunakan power jabatan wakil presiden yang dipegangnya. Gibran seperti anak kecil dalam kokpit pesawat yang bingung melihat tuas, tombol dan monitor yang digunakan untuk mengendalikan pesawat itu. Padahal dalam situasi Indonesia yang banyak mengalami turbulensi seperti sekarang, diperlukan pilot dan co pilot yang andal agar pesawat bisa tetap terbang dan selamat sampai tujuan.
Makanya Gibran banyak ditinggal dan tidak dilibatkan dalam momen penting kenegaraan. Seperti pada pelantikan sejumlah pejabat negara di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/9/2025). Gibran juga tidak diajak pada pertemuan Prabowo dengan pimpinan lembaga negara dan ketua umum partai politik di Istana Negara, Jakarta, Minggu, 31 Agustus 2025. Termasuk pada rapat tertutup Prabowo dengan sejumlah menteri di kediamannya jalan Kertanegara, Jakarta, Minggu (19/10/2025).
“Secara objektif, Gibran belum memenuhi kualifikasi sebagai wakil presiden. Pengalaman pemerintahannya minim, bahkan pendidikannya kini sedang dipertanyakan,” ujar pengamat polititk Muslim Arbi, dalam pernyataannya yang dikutip pada Kamis (9/10/2025).
Pengalaman minim dan tidak memenuhi kualifikasi sebagai wakil pesiden ini membuat Gibran hanya mondar-mandir di sekitar istana, jalan-jalan ke pasar atau keluar untuk menghadiri undangan dan seremonial. Sebuah rutinitas yang membuat Gibran seperti seorang tawanan yang menjalani tahanan kota. Tawanan yang ikut menyandera Jokowi, bapaknya tidak bisa kemana-mana di tengah kejaran kasus dan pelanggaran yang dilakukannya selama berkuasa. Wallahu’alam. (Aswan AS)