ThePhrase.id - Tiga hari sepeninggal Presiden Prabowo Subianto ke luar negeri, Gibran Rakabuming Raka membuat gebrakan dengan membuka layanan aduan “Lapor Mas Wapres”. Sebuah gebrakan baru Gibran untuk menunjukkan ke publik bahwa dirinya bukan ban serep atau wakil presiden pajangan, sebagaimana anggapan banyak orang yang menyebutnya hanya bisa untuk membuka acara atau peresmian.
Dr. Selamat Ginting, misalnya menilai Gibran hanya cocok untuk tugas pembukaan acara dan peresmian saja. Pengamat Politik Universita Nasional Jakarta itu, menyebut ada lima tugas strategis seorang Gibran di pemerintahan yakni menggunting pita, memukul gong, memecahkan kendi, melepas burung dan melepas balon ke udara.
“Tugas itu melihat pada kapasitas, kapabilitas, intelektualitas, moralitas dan isi kantong tas yang ada pada seorang Gibran,” kata Selamat Ginting dalam Abraham Samad Speak Up, 15 Oktober 2024.
Dengan melihat kapasitasn, kapabilitas dan moralias seorang Gibran, lantas apa tujuannya membuat program layanan aduan Lapor Mas Wapres itu? apakah itu sunguh-sungguh menjadi channel atau saluran bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan mengadu masalahnya? Atau sekadar gimmick agar Gibran tetap eksis dalam perbincangan media?
Nah, untuk menguji dua pertanyaan itu, cukup dengan melihat pada keseriusan dan kontinuitas atau seberapa lama program ini akan bertahan. Jika berlangsung lama dengan kualitas layanan yang makin meningkat, maka “Lapor Mas Wapres” adalah program serius yang dibuat untuk menjawab masalah yang ada di lapangan khususnya yang terkait dengan komunikasi publik.
"Ini soal konsisten, jangan sampai program ini hanya hype di awal saja setelahnya tidak dilanjutkan," kata Analis komunikasi politik Hendri Satrio, dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa, 12 November 2024.
Sebaliknya, jika kualititasnya makin menurun dan hanya seumur jagung, maka ini hanya gimmick yang disetting agar Gibran menjadi berita di media regular dan viral di media sosial. Sasarannya adalah publik yang unwell educated atau yang mengidap media illetrate atau buta media. Dan benar saja, banyak netizen mengeluhkan tidak bisa mengirimkan aduan lewat nomor kontak layanan tersebut.
Koordinator Urban Poor Consortium (UPC) Gun Gun Muhammad menilai program ‘Lapor Mas Wapres’ yang digagas Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka hanyalah sebatas pencitraan dan politisasi.
“Kalau memang benar Gibran mau menyerap lebih banyak masalah masyarakat pengaduan lalu kemudian memang betul-betul ingin menyelesaikan harusnya cara bekerja adalah secara sistem,” ujar Gun Gun, dalam dialog Sapa Indonesia Kompas TV, Selasa (12/11/2024).
Namun ternyata Gibran tidak menjalankan program itu secara sistem, karena terkendala dengan kapasitas, kapabilitas dan moralitasnya. Sebab bekerja secara sistem itu melibatkan banyak orang dan sumber daya serta perlu proses panjang untuk bisa melihat hasilnya. Sementara Gibran menginginkan proses instant yang bisa dilihat orang jika dia sedang bekerja. Maka pilihannya adalah membuat kegiatan seperti blusukan dengan bagi-bagi sembako atau program seperti Lapor Mas Wapres itu. Dengan begitu Gibran menunjukkan dirinya, bukan seperti wakil presiden di era bapaknya dulu yang banyak duduk di bangku cadangan, tetapi seorang pemain yang banyak memegang bola meskipun bolanya itu buatan sendiri dan main di luar lapangan.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing mengaku pesimis dengan cara seperti itu akan menyelesaikan masalah masyarakat. Justru menurutnya cara bermain Gibran itu akan mengganggu hubungan presiden dan wakil presiden.
“Selaku wakil presiden, apakah Mas Gibran punya kuasa bisa mendeteksi itu (laporan) di lapangan, kecuali pak Prabowo memberikan mandat ke Mas Gibran. Sehingga menteri-menteri bisa menerima perintah dan merespon pelayanan itu dengan baik di setiap kementerian. Jika tidak, maka ini justru yang bisa menggangu hubungan dengan Prabowo,“ kata Emrus Selasa (12/11/2024).
Apakah Presiden Prabowo tidak tahu kebiasaan Gibran yang sering bermain di luar sistem ini? Atau tahu tapi tidak mampu menertibkan wakilnya yang belum cukup umur itu?
Pesan Prabowo sebelum berangkat ke luar negeri 8 November lalu, jelas menunjukkan Prabowo tahu dengan cara bermain Gibran itu. Dalam diktum 2 Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2024 tentang Penugasan Wakil Presiden Melaksanakan Tugas Presiden selama di luar negeri menyebutkan “Apabila dalam jangka waktu penugasan tersebut, perlu segera ditetapkan suatu kebijakan baru maka Wakil Presiden sebagai pelaksana tugas Presiden wajib terlebih dahulu berkonsultasi dan meminta persetujuan Presiden”.
Dari diktum itu, Gibran diberi tugas hanya menjalankan tugas sehari-hari tetapi tidak untuk hal-hal yang strategis atau membuat kebijakan. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden Prabowo tidak mau ada kebijakan atau keputusan di luar pengetahuannya. Apalagi keputusan yang muncul dari seorang yang tak memiliki kapasitas dan tidak kapabel dengan moralitas yang banyak dipertanyakan publik. Karena bisa saja, kelemahan itu akan dimanfaatkan oleh kekuatan di luar negara untuk tujuan tertentu. Karena yang bisa bermain itu bukan wayang tapi dalangnya.
Kepada para menteri pun Prabowo berpesan agat tidak ragu menelepon dirinya selama dia di luar negeri, dengan memanfaatkan teknologi video conference.
“Jadi hal-hal yang saya anggap penting kita bisa laksanakan suatu pertemuan melalui video conference. Dan saya juga menyampaikan kepada saudara-saudara, jangan ragu-ragu (untuk menelepon) kalau ada masalah apa pun," kata Prabowo saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Pesan ini menyiratkan, meskipun ada pelaksana tugas presiden, namun para menteri diminta langsung untuk menyampaikan ke presiden jika ada masalah. Artinya Prabowo tahu jika wakilnya itu bukan tempat yang tepat untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi para menterinya.
Lantas mengapa Prabowo membiarkan Gibran dengan segala sepak terjangnya yang sering membuat permainan sendiri ?
Mantan Sekeretaris Kementarian BUMN, Said Didu menyebut Prabowo sekarang sedang membutuhkan bantuan agar bisa menjadi diri sendiri dan lepas dari bayang-bayang Jokowi. Said menduga terjadi pertarungan antara Prabowo dan oligarki yang tak mau kehilangan pengaruh di istana dengan membuat figur sebagai boneka.
“Yang terjadi di Istana sekarang adalah rakyat mengharap kepada Prabowo, dan oligarki mengharap kepada bukan Prabowo,” ujar Said dalam channel Youtube Bambang Widjojanto, 11 November 2024.
Karena itu, Said meminta rakyat dapat mendukung Prabowo untuk menjadi dirinya sendiri dan membawa Indonesia seperti cita-cita yang digagas dalam banyak bukunya. (Aswan AS)