ThePhrase.id – Dalam memperingati World Food Day atau Hari Pangan Sedunia, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mendorong masyarakat Jawa Timur untuk ikut serta dalam mewujudkan ketahanan pangan Jawa Timur.
Sesuai dengan tema yang diangkat oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2021 ini, "Our actions are our future - better production, better nutrition, a better environment and a better life" Khofifah menjelaskan bahwa ada tiga langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat agar ketersedian pangan dapat menyeluruh dan masyarakat Jawa Timur dapat mengakses makanan sehat. Ini juga sebagai upaya mengurangi ancaman kelaparan.
Khofifah mejelaskan bahwa dengan kekayaan pangan yang mellimpah di Indonesia terutama di Jawa Timur dapat dimanfaatkan untuk membangun ketahanan pangan.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa (Foto: kominfo.jatimprov.go.id)
Langkah pertama yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan memilih makanan yang sehat, lokal dan musiman. Langkah sederhana ini juga bisa mendorong program diversifikasi pangan.
Selain untuk mengembangkan potensi sumber pangan lokal, cara ini juga dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai berbagai macam sumber karbohidrat seperti ubi-ubian, sukun, jagung, dan lain-lainnya yang memiliki nilai gizi setara dengan beras dan tepung terigu.
"Cara tersebut juga sebagai bagian untuk membantu masyarakat dalam mengakses makanan sehat," jelas Khofifah.
Langkah yang kedua adalah memaksimalkan sumber daya yang dimilliki oleh setiap rumah tangga, salah satunya adalah dengan berkebun atau bercocok tanam di lingkungan rumah. Cara tersebut dinilai efektif karena dapat membangun ketahanan pangan keluarga.
Ubi Jalar hasil inovasi sederhana di Jember. (Foto: Instagram/khofifah.ip)
Langkah ketiga adalah mendorong masyarakat dapat lebih menghargai makanan dan lingkungan dengan mengurangi makanan yang terbuang.
Menurut Khofifah, mengurangi food waste atau sampah makanan adalah hal yang sederhana dan tidak banyak orang tahu bahwa ini memiliki dampak yang sangat besar.
"Food waste, menurut FAO, mengacu kepada makanan yang dibuang, padahal produk makanan atau produk makanan alternatif tersebut masih aman dan bergizi untuk dikonsumsi. Misal, makanan yang tidak kita habiskan karena masalah rasa atau mengambil terlalu banyak," ujar Khofifah.
Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Indonesia menjadi produsen sampah makanan terbesar dengan 23-48 juta ton sampah makanan per tahunnya dari tahun 2000-2009. Hal ini setara dengan 115-184 kg per orang dalam setahun.
"Perhitungan angka 115 - 184 kg per orang per tahun itu termasuk perhitungan dari food loss, dari sisi produksi. Mulai dari beras ditanam sampai ke piring kita," tandasnya. .
Makanan yang terbuang itu setara dengan kebutuhan pangan 28 juta Jiwa masyarakat Indonesia.
Di Jawa Timur sendiri potensi food waste dapat mencapai 4,6 - 7 juta ton per tahun atau sekitar 15,59 % - 20,33 % dengan jumlah penduduk yang mencapai 40.665.700 jiwa pada tahun 2020.
Dari banyaknya limbah makanan ini juga berdampak pada kerugian ekonomi yang mencapai Rp 213 triliun hingga Rp 551 triliun per tahunnya. Tidak hanya berdampak pada perekonomian saja namun juga pada sektor lainnya.
Pasar Tradisional Indoneisa (Foto: Unsplash/Anggit Rizkianto)
Khofifah berharap dengan kerugian yang berdampak pada banyak sektor, masyarakat agar dapat mengubah pola pikir dan lebih bijak dalam mengelola limbah makanan. Selain itu, Khofifah juga mengingatkan masyarakat untuk memperkirakan jumlah makanan yang diperlukan dan mengolah dan membeli makanan sesuai dengan kebutuhan saja.
Gubernur Khofifah juga menekankan pada generasi muda untuk memilih makanan yang sehat, aman, bergizi dan bermutu.
“Generasi milenial dapat menjadi duta keamanan pangan dan mengajak lingkungan di sekitarnya untuk membeli panganan produk lokal. Atau melakukan inovasi menggunakan produk lokal misalnya porang yang saat ini banyak diminati negara tetangga," jelasnya.
Khofifah juga mengatakan bahwa generasi milenial harus bisa menjadi agen perubahan untuk membangun hidup sehat dan cerdas.
Masyarakat Jawa Timur harus bisa memenuhi kebutuhan pangannya terutama ketika sudah menjadi provinsi yang swasembada pangan dengan prestasi surplus dari komoditas beras atau jagung.
Ia juga ingin Jawa Timur dapat memanfaatkan lahan pertanian yang belum termanfaatkan agar dapat memproduksi pangan yang beragam dan besar. Inilah upaya membangun Jawa Timur yang maju dan makmur. [Syifaa]