ThePhrase.id – Komunitas anak muda asal Indonesia, Cerita Iklim menggunakan cara yang cukup unik dalam mengedukasi masyarakat Indonesia untuk turut aktif menjaga lingkungan serta mencegah pemanasan global dan perubahan iklim di dunia.
Cara yang ditempuh oleh komunitas ini untuk mengedukasi masyarakat yakni melalui storytelling atau kegiatan bercerita tentang sesuatu yang berkaitan dengan isu iklim. Sebab menurut komunitas ini, orang-orang dapat lebih memahami dan peka mengenai isu tertentu dari sebuah cerita.
“Kami ingin isu iklim bisa lebih mudah dipahami lewat cerita yang kami sampaikan dan semua orang bisa ikut bercerita, bukan hanya pengurus,” kata Dhita Mutiara Nabella selaku ketua komunitas Cerita Iklim, seperti yang dikutip dari GenPI.co pada Jumat lalu (14/1/22).
Meskipun komunitas ini terbentuk secara tidak sengaja ketika dirinya sedang membagikan informasi yang didapatkan dari tempat bekerjanya kala itu, yakni Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC UI), namun Dhita mengatakan bahwa komunitasnya yang terbentuk pada tahun 2020 tersebut mengalami perkembangan yang pesat.
Komunitas Cerita Iklim (Foto: Genpi)
Komunitas yang beranggotakan anak-anak muda berusia 18-25 tahun sebanyak 25 orang ini bahkan terpilih 10 besar komunitas terbaik versi Kementerian Ekonomi dan Iklim Jerman pada tahun 2021 lalu yang memberikan pendanaan hibah untuk membantu komunitas Cerita Iklim melakukan pengembangan program-program kerjanya.
“Program itu adalah bentuk funding dari Jerman. Kami mendaftar dan melakukan presentasi apa saja yang sudah kami lakukan. Akhirnya, kami terpilih,” imbuh Dhita.
Selain akan terus mengembangkan 3 program utamanya yakni berupa bedah jurnal, cerita podcast, dan diskusi aktif, Cerita Iklim juga akan mengadakan kegiatan baru, yakni boothcamp.
Dhita Mutiara Nabella, Ketua Komunitas Cerita Iklim (Foto: Ultimagz)
Boothcamp yang akan membahas mengenai hal-hal yang didiskusikan di COP26 Glasgow pada tahun 2021 lalu akan dilaksanakan pada bulan Januari tahun ini selama satu bulan secara daring.
“Teman-teman peserta akan diberikan studi kasus dengan beragam permasalahan, lalu mereka akan mempresentasikannya saat bootcamp,” ujar Dhita.
Selain bootcamp, Dhita juga mengatakan bahwa Cerita Iklim akan dilegalkan sebagai yayasan agar bisa melakukan berbagai kegiatan positif dengan lebih leluasa.
“Ke depannya, kami akan membuat website, melegalkan Cerita Iklim sebagai sebuah yayasan agar bisa mendapat funding dan melakukan gerakan yang lebih besar, serta merilis buku,” tandas Dhita.
Poster diskusi bootcamp Komunitas Cerita Iklim (Foto: Instagram / cerita.iklim)
Pengembangan program-program tersebut diharapkan dapat mendorong kolaborasi antar anak muda untuk saling bekerja sama dalam menjaga lingkungan dan mencegah perubahan iklim.
“Sementara itu, untuk anak muda Indonesia, semoga selalu bisa memiliki pola pikir bahwa prinsip berkelanjutan harus menjadi poin utama di tiap bidang yang dilakukan,” kata Dhita.
Tak hanya di dalam negeri, komunitas Cerita Iklim juga berencana untuk bekerja sama dengan organisasi serupa dari negara-negara lain untuk saling berbagi mengenai pengalaman terkait isu iklim yang terjadi di berbagai wilayah di dunia.
“Misalnya, dari semua konten yang kita hasilkan, akan ada satu yang berbahasa Inggris. Teman-teman dari negara lain juga akan kami undang untuk berbagi pandangan terkait isu iklim di negara mereka,” pungkas Dhita. [hc]