ThePhrase.id - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan bahwa hampir 80 persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Data ini didapatkan berdasarkan pemantauan BPOM selama empat tahun terakhir, yaitu sejak 2021 hingga 2024.
"Dari 2021, 2022, 2023, 2024 hampir 80 persen penduduk kita tidak menggunakan resep dokter untuk menggunakan antibiotik," ujar Kepala BPOM, Prof Taruna Ikrar di Puskesmas Cakung, Jakarta Timur, dilansir dari detik.com.
Taruna menegaskan bahwa penggunaan antibiotik tanpa pengawasan medis dapat memicu resistensi antimikroba (AMR), yaitu kondisi ketika bakteri menjadi kebal terhadap obat. Hal ini membuat penyakit ringan sulit disembuhkan, dan dalam beberapa kasus bahkan bisa berujung pada kematian. Jika kebiasaan ini terus berlangsung, masyarakat bisa kehilangan nyawa hanya karena infeksi yang sebenarnya mudah ditangani.
"Kita sudah ada 45 persen antibiotik kita resisten terhadap Escherichia coli. Dan kita tahu itu salah satu bakteri yang lazim di negara kita. Nah bisa dibayangin kalau ini berdampak ke orang yang menderita," kata Taruna.
Untuk mencegah hal ini, BPOM berkomitmen memperketat pengawasan terhadap seluruh instalasi farmasi di Indonesia. Selain itu, masyarakat juga perlu memahami bahwa antibiotik hanya efektif melawan bakteri, bukan virus atau jamur. Karena itu, penggunaannya harus sesuai kebutuhan dan selalu berdasarkan resep dokter. Masyarakat juga tidak disarankan menyimpan sisa antibiotik di rumah, apalagi memberikannya kepada orang lain.
Sebelumnya, ahli bedah ternama asal Inggris, Lord Ara Darzi, juga menyoroti bahaya global dari resistensi antibiotik. Ia menyebut kondisi silent pandemic lebih menakutkan dari COVID-19 karena telah menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya di Inggris akibat infeksi superbug yang tak bisa diobati.
"Pada 2028 akan ada banyak orang yang meninggal karena infeksi yang kebal terhadap antibiotik seperti yang meninggal karena infeksi pada 1928 sebelum penemuan penisilin. Bakteri telah ada selama tiga miliar tahun, jauh sebelum manusia ada," ucapnya seperti dilansir Mirror. [nadira]