ThePhrase.id – Sejak akhir Februari 2022 lalu, harga minyak dunia terus melambung tinggi. Hal ini pun tentunya berpengaruh terhadap harga energi dalam negeri. Tak hanya bahan bakar untuk kendaraan, gas LPG 12 kg non subsidi di pasaran pun juga harganya turut naik, bahkan hingga menyentuh Rp 200.000 per tabung.
Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR) Rudi Purwono mengungkapkan, besarnya pasokan LPG impor di Indonesia mengakibatkan harga dalam negeri melonjak naik.
Salah satu penyebab kenaikan harga tersebut yakni karena terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina serta sanksi ekonomi dunia yang diberikan kepada Rusia, sehingga membuat pasokan gas dari negara pimpinan Vladimir Putin tersebut terganggu.
Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR), Rudi Purwono (Foto: dok. UNAIR)
“Komoditas gas ini juga dijadikan strategi Rusia untuk membela diri atas sanksi dari negara lainnya. Oleh sebab itu ada kenaikan harga gas secara keseluruhan di pasar dunia,” ujar Rudi .
Dampak kenaikan LPG
Kenaikan harga LPG yang cukup tinggi akan berdampak pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), terutama bagi yang menjalankan bisnis makanan.
Rudi yang juga merupakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR ini juga menyebutkan bahwa ada dua kemungkinan yang dapat diambil oleh UMKM, yaitu menaikkan harga jual produk dan menderita kerugian akibat kenaikan harga LPG tersebut.
“Selain UMKM, tentu kenaikan harga ini akan membebani masyarakat khususnya rumah tangga pendapatan menegah ke bawah,” tuturnya.
Di sisi lain, Rudi juga mengatakan bahwa dalam menyambut bulan Ramadhan, biasanya konsumsi gas LPG kerap mengalami peningkatan, sehingga kenaikan harga yang terjadi dapat membuat masyarakat beralih dari LPG non subsidi ke LPG subsidi, dan hal tersebut pun bahkan dapat memicu penimbunan.
“Hal ini akan menimbulkan moral hazard (penyimpangan moral, red),” tambah Rudi.
Ilustrasi UMKM (Foto: shutterstock)
Terapkan Operasi Pasar Berkala
Rudi mengungkapkan bahwa kenaikan harga LPG sulit dihindari, sebab kenaikan terjadi pada harga bahan baku. Oleh sebab itu, pemerintah perlu melakukan operasi pasar secara berkala di berbagai titik dan pengawasan penetapan harga barang juga perlu dilakukan hingga tingkat terkecil.
“Alternatif solusi untuk mengontrol harga adalah mendekati pembeli akhir dengan melakukan operasi pasar murah,” ungkapnya.
Rudi juga berpesan agar pemerintah memberikan stimulus bagi UMKM yang tedampak kenaikan harga tersebut. Selain itu, dirinya juga menghimbau masyarakat agar tidak panik dan tidak menimbun gas LPG, sebab pemerintah akan berupaya untuk meredam kenaikan harga.
“Untuk LPG, Pemerintah harus melakukan inovasi agar dapat mengurangi ketergantungan bahan baku LPG dari impor,” pungkasnya. [hc]