Thephrase.id — Hasan Nasbi resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan. Surat pengunduran diri tersebut telah disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto melalui Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.
"Pada hari ini, 21 April 2025, sepertinya saat itu sudah tiba. Surat pengunduran diri saya tandatangani dan saya kirimkan kepada Presiden lewat dua kawan baik saya, Mensesneg dan Seskab," ujar Hasan dalam video yang diunggah kanal YouTube Total Politik dan dikutip Tempo pada Selasa, 29 April 2025.
Hasan menyatakan pengunduran dirinya dipicu oleh persoalan yang menurutnya sudah di luar kemampuannya. "Sudah pernah saya sampaikan kepada khalayak dalam beberapa tayangan podcast, bahwa kalau ada sesuatu yang sudah tidak bisa lagi saya atasi, maka tidak perlu ribut-ribut. Kita pun harus tahu diri dan kemudian mengambil keputusan untuk menepi," ujarnya.
Sebelum mengundurkan diri, Hasan sempat menjadi sorotan publik terkait pernyataannya yang kontroversial soal teror kepala babi ke kantor redaksi Tempo. Saat itu, ia menyarankan agar kepala babi tersebut dimasak saja, merujuk pada unggahan jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica, di media sosial yang dianggapnya sebagai lelucon.
“Saya lihat medsos Cica. Dia minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam. Dia bisa bercanda,” ujar Hasan pada 21 Maret 2025 di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
Pernyataan Hasan tersebut menuai kritik tajam karena dianggap meremehkan bentuk ancaman yang diterima Tempo. Diketahui, kantor redaksi Tempo mengalami serangkaian teror, termasuk kiriman paket kepala babi tanpa telinga, tikus mati, hingga kejahatan digital berupa doxing terhadap jurnalis mereka.
Presiden Prabowo Subianto kemudian mengakui bahwa pernyataan Hasan itu tidak tepat. "Itu ucapan yang menurut saya teledor, itu ya keliru. Saya kira Beliau menyesal," ujar Prabowo dalam wawancara di Hambalang, Bogor, pada 6 April 2025.
Selain menyinggung soal komunikasi pemerintahan yang belum maksimal, Prabowo juga menyadari pentingnya menjaga etika dan sensitivitas dalam menyampaikan pernyataan kepada publik. [Syifaa]