ThePhrase.id – Kasus hepatitis akut sudah ditemukan di Indonesia. Terhitung 3 orang anak telah meninggal dunia akibat penyakit misterius ini meskipun telah menjalani perawatan intensif di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Kementerian Kesehatan pun kini tengah meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.
Sebelumnya, penyakit ini sudah ditemukan di 20 negara lain yang terletak di Eropa, Amerika, dan Asia dengan total 228 kasus. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan bahwa kasus tersebut merupakan kejadian luar biasa. Adapun penyakit yang menyerang organ hati tersebut kerap menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun hingga 16 tahun.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi RSCM, Hanifah Oswari menyampaikan bahwa anak-anak yang terkena hepatitis akut seringkali menunjukkan gejala awal seperti gangguan pencernaan, di antaranya yakni sakit perut, diare, mual, dan muntah, hingga demam ringan. Dan jika sudah mulai parah, anak bisa mengalami pembekuan darah dan penurunan kesadaran.
Ilustrasi anak sakit perut (Foto: Shutterstock)
Hanifah mengimbau jika para orang tua menemukan anaknya mengalami gejala tersebut, maka sebaiknya segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) sebelum kondisi fisik anak, seperti kulit atau matanya terlihat menjadi kuning. Sebab jika dibiarkan lebih lama, maka penyakit tersebut akan lebih parah, sehingga anak harus melakukan transplantasi hati.
"Oleh karena itu, jangan tunggu sampai kuning baru dibawa ke fasilitas kesehatan [faskes]. Bawa anak kita ke tenaga kesehatan agar tenaga kesehatan bisa memikirkan lebih lanjut apa yang harus dilakukan serta tidak kehilangan momentum. Jangan tunggu kehilangan kesadaran dan menimbulkan kematian," ujar Hanifah.
Penyebab hepatitis akut
Penyakit yang hingga kini belum diketahui penyebabnya tersebut diduga dipicu oleh vaksin Covid-19. Namun para ahli kesehatan mengatakan bahwa hepatitis akut disebabkan oleh virus yang diduga menular melalui saluran napas dan saluran cerna, serta belum ada bukti langsung yang menunjukkan jika vaksin atau virus Covid-19 berkaitan dengan penyakit tersebut.
"Mungkin itu kejadian yang bersamaan, tapi bukan sebagai penyebab langsungnya. Karena itu menghubungkan virus Covid-19 sendiri dengan penyakitnya sendiri belum bisa ditentukan, apalagi dengan vaksin Covid-nya. Karena itu berita itu perlu diluruskan," kata Hanifah.
Ilustrasi virus penyebab penyakit hepatitis (Foto: webmd)
Untuk mencegah agar tidak tertular oleh penyakit ini, Hanifah menyarankan masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan tidak bersentuhan dengan orang lain (karena dapat menular melalui keringat).
Masyarakat juga diimbau hanya mengkonsumsi minuman atau makanan matang, tidak menggunakan alat-alat (terutama alat makan) bersama dengan orang lain, dan hindari kontak dengan orang yang sedang sakit. [hc]