leader

Hermanto Tanoko, Lahir di Kandang Ayam Kini Miliki Bisnis Triliunan

Penulis Firda Ayu
Dec 18, 2021
Hermanto Tanoko, Lahir di Kandang Ayam Kini Miliki Bisnis Triliunan
ThePhrase.id –  Tancorp, kerajaan bisnis milik Hermanto Tanoko berhasil membawa PT Avia Avian Tbk. (AVIA) debut di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Desember 2021 lalu. Avian menjadi perusahaan ketiga di bawah naungan Tancorp yang berhasil merilis saham secara publik (IPO).

Berhasil tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, bagaimana perjalanan Hermanto Tanoko hingga sampai pada titik kesuksesan ini?

Lahir di Kandang Ayam


Hermanto merupakan anak kelima dari Soetikno Tanoko, pendiri perusahaan cat Avian. Di masa kecilnya, ia hidup penuh dengan kesederhanaan dan kerja keras dengan keadaan keluarga yang kurang mampu.

Di tahun 1960-an, keluarga Hemanto mengalami masa sulit karena saat itu Indonesia sedang mengalami krisis politik. Keturunan Tionghoa yang WNA harus dipulangkan ke negara asalnya dan tidak boleh berbisnis di Indonesia. Kasus ini berdampak pada keluarga Hermanto yang harus berpindah-pindah tempat tinggal, seperti di emperan dan juga di vihara.

Untungnya di tahun 1962, ayahnya akhirnya bisa menyewa sebuah rumah kecil berukuran 1,5m x 9 m yang merupakan bangunan bekas kandang ayam. Di tahun ini juga ia dilahirkan di rumah bekas kandang ayam tersebut.

Hermanto Tanoko (Foto:Instagram/htanoko)


Sehari-hari, Hermanto bercerita bahwa ia dan keluarga harus makan beras jagung. Bahkan agar lebih berhemat, beras jagung ini akan dibuat menjadi bubur agar lebih banyak dengan lauk ikan asin atau sayur-sayuran saja. Ia bercerita bahwa sang ayah menganggap bahwa saat ini, belum saatnya bagi mereka yang masih hidup susah untuk makan ayam sebagai lauk.

Dengan hidup yang sangat hemat, ketekunan, dan kerja keras ini, sang ayah bisa mengumpulkan modal untuk membuka toko cat pada 1962, sedangkan Ibunya membuka toko kelontong pada 1964. Namun, kehidupan mereka belum lepas dari keadaan susah.

Bisnis Sejak Dini


Hermanto Tanoko yang lahir di Malang tahun 1962 ini mengaku mendapat banyak pelajaran mengenai berbisnis dan mengatur keuangan dari orang tuanya. Saat ia berusia lima tahun, orang tua Hermanto akan mengarahkannya membelanjakan angpau yang ia dapat setiap perayaan Imlek untuk membeli barang-barang yang harganya akan naik, seperti terigu, biskuit, minyak goreng dan sebagainya.

Sejak saat itulah, Hermanto mulai senang dan akrab dengan investasi dan mengerti bahwa uang tidak mudah untuk dicari. Dengan pendidikan finansial sejak dini, Hermanto tumbuh menjadi sosok yang cerdik dalam melihat suatu peluang. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berpikirnya ketika bermain bersama teman sebayanya.

Di usia sekitar 6 sampai 7 tahun, Hermanto berlatih bermain kelereng dengan menggunakan batu-batu kecil di rumahnya karena tidak mampu membeli kelereng hingga akhirnya Hermanto mahir dalam permainan satu ini.

Kemudian, Hermanto meminjam kelereng temannya untuk bermain dan ia selalu memenangkan permainan itu untuk mendapatkan banyak kelereng. Kelereng ini nantinya ia cuci dan jual di toko kelontong milik Ibunya. Uang dari hasil penjualan kelereng inilah yang ia buat uang saku untuk sekolahnya.

Di usianya yang menginjak 9 tahun, sang ayah mulai mengajari Hermanto untuk berjualan di toko cat miliknya. Dari menjaga toko, ia belajar banyak mengenai product knowledge dan berbagai pengetahuan mengenai kegiatan jual beli.

Dengan kondisi perekonomian keluarganya berangsur membaik, Ayah Hermanto memutuskan untuk membeli apotek di dekat rumahnya saat ia berusia 14 tahun. Di usia yang sangat muda ini, Hermanto sudah diminta untuk membantu menjadi penjaga apotek.

Hermanto lebih memilih mengorbankan masa mudanya dengan membantu sang ayah untuk menjaga apotek dan belajar berbisnis. Berkat pengalaman ini, Hermanto menjadi mahir dalam mengatur waktu serta fokus dan bertanggung jawab atas hal yang ia kerjakan.

Ia mengorbankan waktu bermainnya dan memiliki impian ingin membuat apotek sang ayah menjadi ramai. Berusaha mewujudkan impiannya, Hermanto mempelajari bagaimana cara kerja apotek di kota Malang yang ramai. Dengan berbagai cara yang ia terapkan, dalam waktu setahun ia berhasil membuat apotek milik ayahnya semakin laris.

Pada 1 November 1978, dengan hanya 18 karyawan, Hermanto yang baru berusia 19 tahun diminta ayahnya membantu di pabrik cat Avian dengan visi menjadikan Avian sebagai pabrik cat nasional terbesar di Indonesia. Dengan visi ini ia bersama sang ayah dan saudara-saudaranya memikirkan strategi untuk melebihi kemampuan kompetitor.

Menjalankan bisnis tak membuatnya melalaikan pendidikan, Hermanto tetap bisa bekerja dan lulus dari STIE IBMT SURABAYA. Ia selalu menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti. Ia tak pernah berhenti belajar dan berimprovisasi serta berusaha untuk menjadi yang terbaik di setiap bidang yang ia geluti.

Bisnis Terus Berkembang


Berkat kegigihan, kerja keras dan inovasinya, Hermanto sukses membangun usaha rumahan menjadi bisnis puluhan ribu kali lebih besar dan menjanjikan. Mendirikan Tancorp dengan berpegang pada reputasi dan integritas, kini ia berhasil mejadikan Tancorp sebagai kerajaan bisnis dengan lebih dari 12 ribu karyawan, menaungi 75 perusahaan dan  300 brand, seperti cat Avian, No Drop, Cleo, hingga Vasa Hotel.

Hermanto Tanoko (Foto:Instagram/htanoko)


Bahkan salah satu di antara 300 brand tersebut, yaitu Cleo berhasil meraup omzet lebih dari Rp 1 triliun dalam setahun. Bersama timnya, ia juga sukses mengembangkan Avian menjadi salah satu produsen cat nasional terbesar yang mampu bersaing dan mendominasi pasar, di tengah maraknya produsen cat internasional di Indonesia.

Seiring dengan berjalannya waktu, Hermanto Tanoko memberanikan diri untuk mengembangkan kemampuannya dengan melahirkan beberapa subholding yang bergerak di berbagai bidang industri. Mulai dari properti, consumer goods, distribusi, hospitality, retail, health and beauty, makanan dan minuman, hingga bisnis jaringan.

Dikutip dari laman Forbes, Hermanto tercatat sebagai jajaran crazy rich Indonesia dengan total kekayaan mencapai USD 3,3 miliar setara dengan Rp 47 triliun.

Peran Ayah


Perjalanan bisnis Hermanto Tanoko tak terlepas dari peran sang ayah. Hampir setiap hari di tengah kesibukan bisnisnya, Hermanto pasti menyempatkan diri untuk bertemu dengan sang ayah. Ayahnya pula yang menjadi mentor perjalanan bisnisnya.

Di umur ayahnya yang mencapai 90 tahun, Hermanto kian berusaha dekat kepada sang ayah. Bahkan dalam buku biografinya, Hermanto pernah menulis, “Tuhan, kurangi umurku, berikan pada Papaku." Sayangnya sang ayah berpulang di usia 95 tahun pada 1 November 2020 kemarin.

"Selamat jalan Founding Father PT. Avia Avian, semoga diberikan tempat yang mulia disisiNya. Ucapan tulus terimakasih kami atas jasa yang engkau berikan bagi kami semua keluarga besar Tancorp dan kemajuan Indonesia," ungkap Tancorp Group melalui laman LinkedIn mereka.

Kini, Hermanto menjalankan kerajaan bisnisnya dengan bantuan anak-anaknya, Belinda Natalia Tanoko, anak pertamanya membantu di holding Tancorp, bidang properti dan mengelola Cleo. Anak kedua, Melisa Patricia Tanoko juga membantu di holding Tancorp dan Cleo serta perusahaan distribusinya. Robert Christian Tanoko, anak ketiganya, fokus di Grup Avian dan anak-anak perusahaannya. Sementara anak keempat, Caroline Novilia Tanoko beserta suami aktif di bisnis herbal dan healthcare. [fa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic