ThePhrase.id – Menduduki posisi ketiga jumlah kasus aktif Tuberkulosis dunia, Tuberkulosis (TB) di Indonesia menjadi salah satu persoalan kesehatan yang kompleks dan menimbulkan masalah baik secara medis, ekonomi, sosial dan budaya. Indonesia menargetkan bisa menghentikan TB pada tahun 2030.
Disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium, Tuberkulosis menyerang paru-paru dan menyebabkan gangguan pernapasan seperti batuk kronis hingga sesak napas. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat bahwa kasus Tuberkulosis Indonesia sepanjang 1 dekade ini mencapai 824.000 kasus dengan total kematian 13.110 kasus.
Situasi TBC di Indonesia (Foto: sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Kemenkes mewajibkan bayi dengan usia di bawah dua bulan untuk mendapatkan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Selain itu, Kemenkes juga menggandeng India dan Nepal untuk penghentian Tuberkulosis pada tahun 2030.
Kemenkes melakukan perluasan layanan mobile X-ray untuk meningkatkan pelacakan kasus aktif TB agar tidak menjadi sumber penularan bagi masyarakat. Perluasan skrining TB ini akan dilakukan di tujuh provinsi yaitu, Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Skrining dengan mobile X-ray ini diharapkan dapat meningkatkan penemuan dan pelacakan kasus TB sehingga penanganan dan pengobatan dapat sesuai dan tepat waktu untuk menurunkan tingkat kematian akibat penyakit ini.
Sebagai pencegahan, Indonesia juga menyelenggarakan kampanye TOSS TBC atau Temukan TBC Obati Sampai Sembuh yang mengajak masyarakat untuk menemukan gejala TB di masyarakat agar TB dapat diobati dengan tepat dan dipantau pengobatannya hingga sembuh.
Mobile X-ray untuk memperluas skrining TB (Foto: sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Tuberkulosis Masalah Dunia
Tak hanya masalah Indonesia, dalam Side Event G20 yang diadakan pada 31 Maret 2022 di DI Yogyakarta, dunia juga telah menyepakati bahwa jumlah pendanaan untuk pencegahan dan penggendalian TB meningkat menjadi USD 20 miliar per tahun dari tahun 2023-2030.
“Pertemuan ini untuk membuat komitmen bersama untuk melakukan investasi terhadap TB. Kita sepakat untuk melakukan investasi sebanyak 20 miliar dollar per tahun dari tahun 2023-2030, investasi tersebut digunakan untuk pengembangan vaksin, obat-obatan dan riset,” ungkap Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.
Angka ini naik pesat dari angka investasi di tahun 2020 sebesar USD 5 miliar, padahal jumlah yang diperlukan setiap tahunnya sekitar USD 13 miliar. Investasi untuk riset dan pengembangan TB sejumlah USD 915 juta, masih kurang dari target USD 2 miliar per tahun.
Tuberculosis menjadi permasalahan dunia (Foto: canva)
Persoalan dana investasi TB yang kurang ini jika tidak segera ditangani diperkirakan akan mengakibatkan lebih dari 31 juta orang meninggal setiap tahun dan menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar USD 18,5 triliun pada 2020-2050.
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penderita TB terbanyak, Indonesia menyampaikan komitmennya untuk percepatan penanggulangan TB melalui kerja sama lintas sektor dan lintas peran. Selain itu, Indonesia juga mengeluarkan aturan penanganan TB, aktif memperluas penemuan kasus aktif TB di masyarakat, dan melakukan berbagai inovasi layanan kesehatan dan penguatan fasilitas layanan kesehatan.
“(Eliminasi TB) tahun ini kita usahakan berkali-kali lipat. Angkanya kita targetkan 95% di tahun 2024, untuk tahun ini kita sudah 49%, usaha yang kita lakukan harus 2 kali lipat dari sekarang,” tambah Dante Saksono Harbuwono.
Selain itu, dengan berbagai upaya inovatif, kreatif dan kolaboratif dari seluruh pemangku kepentingan baik di level nasional, bilateral maupun multilateral, Wamenkes yakin target eliminasi TB pada tahun 2030 bisa tercapai.
“Kami sangat optimis, melalui kolaborasi lintas sektor secara bersama- sama kita yakin eliminasi TB di tahun 2030 bisa tercapai,” pungkas Dante. [fa]