ThePhrase.id – Indonesia kembali menunjukan pencapaiannya di sektor pariwisata melalui ajang ASEAN Tourism Awards 2025. Capaian ini membuktikan bahwa pariwisata di Indonesia berbasis komunitas atau community-based tourism yang semakin diakui oleh dunia.
Sebanyak 15 desa wisata dari berbagai provinsi di Indonesia berhasil memboyong penghargaan dalam tiga kategori utama, yaitu ASEAN Homestay Award, ASEAN Community-Based Tourism (CBT) Award, dan ASEAN Public Toilet Award.
Dengan penghargaan tersebut, desa wisata menunjukan kekayaan budaya, pelayanan, dan kualitas yang patut masuk dalam daftar kunjungan. Berikut 5 desa wisata di Indonesia yang telah diakui oleh dunia.
Terletak di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, desa wisata ini mendapatkan ASEAN Homestay Award berkat kekayaan budayanya yang masih sangat terjaga. Di sini, wisatawan disambut dengan pemandangan deretan 76 Rumah Gadang yaitu rumah tradisional Minangkabau, yang tertata rapi dan masih dihuni oleh warga setempat.
Pengalaman yang ditawarkan bukan sekadar menginap, melainkan juga partisipasi aktif dalam kegiatan budaya. Wisatawan dapat mengikuti kelas memasak rendang dan kalamai, serta menyaksikan pertunjukan seni tradisional seperti tari Randai khas Minangkabau. Interaksi hangat dengan masyarakat membuat pengalaman wisata di Nagari Sijunjung terasa otentik dan tak terlupakan.
Desa Bilebante di Lombok Tengah berhasil meraih ASEAN Public Toilet Award, berkat perhatian besar terhadap kebersihan dan kenyamanan fasilitas publik. Namun, daya tarik desa ini tidak berhenti di situ. Bilebante juga dikenal sebagai “desa sehat” dengan lingkungan asri dan beragam aktivitas ekowisata.
Wisatawan dapat mencoba berbagai kegiatan yang seru, seperti bersepeda keliling desa, memancing di Pasar Pancingan, atau belajar meracik jamu tradisional dari tanaman herbal lokal.
Selain kegiatan-kegiatan yang menarik, kuliner khas di sini patut dicoba, seperti plecing kangkung dan es pisang ijo yang menyegarkan.
Pengunjung akan mendapat pelayanan yang hangat dan bersahabat dari masyarakat setempat, sehingga membangun pengalaman yang tak terlupakan.
Desa ini menjadi penerima ASEAN Homestay Award, yang dikenal dengan representasi budaya suku Osing, yaitu masyarakat asli Banyuwangi. Keunikan budaya Osing menjadi daya tarik utama Desa Wisata Adat Osing Kemiren. Budaya di desa ini masih dapat dilihat secara kental melalui arsitektur rumah, bahasa, adat istiadat, hingga kuliner yang terjaga dengan baik.
Pengunjung dapat merasakan suasana khas pedesaan sambil belajar memasak di dapur tradisional, menyaksikan pertunjukan Barong Osing, dan menikmati kopi asli Kemiren yang disajikan dengan cara tradisional. Tak hanya itu, para wisatawan juga diajak untuk hidup bersama warga, memperkuat rasa kedekatan dan pemahaman lintas budaya.
Terletak di jantung Bali, Desa Taro memperoleh ASEAN Community-Based Tourism Award karena keberhasilannya membangun pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. Desa ini terkenal dengan lanskap pedesaan yang tenang, sawah hijau yang membentang, dan penduduk lokal yang sangat ramah.
Desa ini menawarkan beragam aktivitas, mulai dari trekking, bersepeda, hingga workshop kerajinan tangan. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar mengenai sistem pertanian Bali yang unik seperti subak, serta berpartisipasi dalam upacara adat setempat.
Kegiatan-kegiatan yang ditawarkan di desa ini bertujuan untuk memperkenalkan kearifal lokal Bali kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
Terakhir, CMC (Clungup Mangrove Conservation) Tiga Warna di Kabupaten Malang meraih penghargaan ASEAN Community-Based Tourism Award berkat upayanya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Terletak di kawasan konservasi pesisir, destinasi ini menawarkan wisata edukatif yang fokus pada konservasi mangrove dan terumbu karang.
CMC Tiga Warna memiliki 6 destinasi pantai, yaitu Pantai Clungup, Pantai Gatra, Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah, dan yang menjadi primadona adalah Pantai Tiga Warna. Pantai di CMC Tiga warna tak hanya menawarkan ekowisata yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat, namun juga keindahan yang eksotis.
Wisatawan yang berkunjung diwajibkan melaporkan barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah. Di samping itu, pengunjung dapat menikmati keindahan pantai tiga warna yang terkenal, mengikuti program penanaman mangrove, serta snorkeling sambil belajar mengenali biota laut. [Syifaa]