trending

Ini Fakta Seputar Subvarian Covid-19 Orthrus yang Terdeteksi di Indonesia

Penulis Nadira Sekar
Mar 01, 2023
Ini Fakta Seputar Subvarian Covid-19 Orthrus yang Terdeteksi di Indonesia
ThePhrase.id - Meski kasus Covid-19 secara global telah menurun dan PPKM di Indonesia telah dicabut, virus Covid-19 masih terus bermutasi. Subvarian Omicron, XBB1.5 atau Kraken telah mendominasi kasus aktif saat ini.

Foto: Ilustrasi Virus Covid-19  (freepik.com photo by kjpargeter)


Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS sekarang memantau subvarian baru yang berpotensi menantang dominasi Kraken. Dikenal sebagai CH.1.1 atau "Orthrus," saat ini menyumbang sekitar 1,5% dari kasus di AS. Varian Omicron ini dinamai dari mitos anjing ternak berkepala dua yang dibunuh oleh Hercules, oleh pelacak varian Australia Mike Honey.

Tidak banyak yang diketahui tentang varian ini, yang tingkatannya telah meningkat secara global sejak November 2022. Seperti varian Covid "berkemampuan tinggi" lainnya, varian ini berpotensi lebih mudah menular, menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi, dan menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Selain itu, varian ini memiliki mutasi yang mengkhawatirkan yang terlihat pada varian Delta yang mematikan. Meskipun CH.1.1 bukanlah "Deltacron", rekombinan atau kombinasi dari Delta dan Omicron, varian ini merupakan contoh utama dari evolusi konvergen, sebuah proses di mana varian Covid berevolusi secara independen tetapi mengambil mutasi yang sama.

Subvarian tersebut dilaporkan pertama kali ditemukan di Asia Tenggara dan telah menyebabkan setidaknya seperempat dari total kasus aktif di Inggris dan Selandia Baru. Prevalensinya meningkat tajam sejak November 2022 dan sekarang terdiri dari sekitar 10% dari sampel Covid.
Apakah varian ini mengkhawatirkan?

Menurut laporan dari pelacak varian Cornelius Romer, seorang biolog komputasi di Universitas Basel di Swiss, XBB.1.5 tetap menjadi varian Covid yang paling mudah menular. Namun, menurut Romer, CH.1.1 juga patut diwaspadai. Seperti XBB.1.5, varian ini sangat mudah menular, dengan tingkatnya mengganda setiap dua minggu.

Peneliti dari Ohio State mengatakan bahwa CH.1.1 juga dapat dengan mudah mengikat reseptor ACE2, tempat di mana Covid menginfeksi sel manusia. Hal ini berarti varian tersebut berpotensi untuk melampaui kekebalan antibodi dari infeksi sebelumnya dan vaksinasi, serta menyebabkan penyakit yang lebih parah. CH.1.1 mungkin mampu mengalahkan varian Omicron kompetitif lainnya.

Para peneliti juga menulis bahwa CH.1.1 dan varian baru lainnya, CA.3.1, lebih mampu menghindari kekebalan daripada subvarian XBB dan BQ, dan mereka menyebut temuan ini "mengejutkan".
Terdeteksi di Indonesia

Subvarian tersebut pun telah terdeteksi di Indonesia. Kepala Biro Komunikasi dan Pelaksanaan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sudah ada 53 kasus Covid-19 subvarian Orthrus di Indonesia, 30 di antaranya berada di wilayah DKI Jakarta

"Sudah ada 53 kasus (varian Orthrus). Paling banyak ada di Jakarta ya, 30 (kasus)," ujar Nadia dilansir dari Kompas.com.

Penyebaran varian Orthrus di Indonesia juga merupakan transmisi lokal, bukan lagi dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Hingga kini belum dilaporkan gejala subvarian Orthrus. Namun, diyakini subvarian ini memicu gejala seperti para pendahulunya. Gejala Covid-19 subvarian Orthrus yang dilaporkan hanya berupa sakit tenggorokan, pilek, dan batuk. Selain ketiga gejala tersebut, Orthrus juga bisa memicu sejumlah gejala seperti demam, kelelahan dan sakit kepala.  [nadira]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic