ThePhrase.id – Siap untuk berkontribusi di tengah masyarakat, ribuan alumni Institut Teknoogi Bandung (ITB) dirikan komunitas Superconnection. Komunitas ini bergerak di 16 sektor seperti ekonomi, teknologi, sosial, pendidikan, kebudayaan, inovasi, pengembangan UMKM, industri, dan sebagainya.
Dilansir dari Sindonews.com, komunitas Superconnection yang sudah didirikan sejak bulan April 2021 lalu ini sudah mulai melegalkan kehadirannya di tengah masyarakat dengan telah mengurus berbagai administrasi hingga melakukan akta notaris agar resmi menjadi Yayasan Superconnection Inovasi Insani.
Beberapa anggota komunitas Superconnection saat sedang menyerahkan donasi oksigen untuk BSMI (Foto: jabarkspres.com)
“Sebetulnya kami sudah terkoneksi atau saling terhubung cukup lama, tapi baru dilegalkan saat ini. Gaungnya dimulai April 2021 lalu. Superconnection lahir dari para alumni ITB yang ingin berkontribusi bagi masyarakat Indonesia dalam bentuk nyata,” ujar Ketua Yayasan Superconnection, Sri Wulandari Retno.
Sri juga mengatakan bahwa teknologi yang akan diinisiasi oleh komunitasnya yakni terkait dengan penciptaan teknologi baterai, kendaraan listrik, dan sebagainya.
“Harapan ke depan bisa menjadi holding company. Kami ingin partisipasi aktif secara global. Tak hanya melibatkan alumni ITB tetapi masyarakat luas,” ungkapnya.
Beberapa anggota komunitas Superconnection
Penggagas komunitas Superconnection, I Made Dana M. Tangkas mengatakan bahwa komunitas tersebut juga mempunyai target untuk menjadi holding company yang bergerak dalam pengembangan di 16 sektor seperti sektor tersebut di atas sehingga diharapkan dapat membantu pemerintah untuk memulihkan perekonomian di Indonesia.
“Semua nanti kami integrasikan dari industri, suply chain, oftaker, marketing, dan lainnya. Kami juga mengembangkan industri manufaktur. Supaya masyarakat kita bisa bekerja memanfaatkan SDA di Indonesia. Kami akan kerja sama banyak pihak, baik UMKM, pemerintah pusat, daerah, dan lainnya. Bagaimana peneliti dan tokoh di super conection bisa bangun bisnis dan dorong riset di Indonesia, sehingga Indonesia bisa lepas dari middle income, karena pendapatan kita masih USD4.000 per kapita,” tandas I Made. [hc]