ThePhrase.id – Hingga kini luapan lumpur masih menjadi permasalahan lingkungan yang mempunyai dampak terhadap warga Sidoarjo.
Melihat fenomena ini, sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan inovasi untuk mengolah lumpur tersebut menjadi energi listrik.
Dengan menambahkan jerami yang juga kerap kali dianggap kurang bermanfaat bagi lingkungan, kelompok mahasiswa tersebut menemukan bahwa lumpur dan limbah jerami yang mengandung selulosa tinggi mempunyai potensi untuk menjadi sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dapat menggantikan energi fosil.
“Kandungan selulosa ini dapat diproses menjadi energi listrik ramah lingkungan menggantikan energi listrik berbahan bakar fosil,” ujar Qurratul Ain Farahiyah selaku ketua tim yang menemukan inovasi tersebut, Sabtu (15/1).
Mahasiswi dari Departemen Teknik Kimia ITS ini menjelaskan bahwa metode yang digunakan untuk membuat limbah jerami dan lumpur Sidoarjo menghasilkan listrik ramah lingkungan yakni dengan mengubah energi kimia pada jerami menjadi energi listrik melalui metabolisme mikroba terhadap suatu media sebagai katalis pada jerami.
Proses pengolahan limbah jerami dan lumpur Sidoarjo menjadi energi listrik (Foto: dok. ITS)
Nantinya glukosa yang dihasilkan dari hasil pengekstrakan jerami akan dicampurkan dengan lumpur Sidoarjo. Lalu hasil pencampuran ini akan diumpankan sebagai makanan bakteri Shewanella Oneidensis MR-1 di dalam elektroda untuk menghasilkan elektron.
Selanjutnya, elektron ditransmisikan dari anoda ke katoda yang keduanya berbahan carbon cloth twill melalui bahan konduktor resistor sehingga menghasilkan aliran listrik.
“Lumpur Sidoarjo yang kerap dianggap sebagai masalah ini mengandung mikroorganisme yang berperan penting dalam proses transfer elektron dalam MFC (Microbial Fuel Cell),” ujar mahasiswi kelahiran tahun 2003 ini.
Selain itu, Qurratul juga menjelaskan bahwa jumlah glukosa yang digunakan dari jerami dapat mempengaruhi tingkat arus listrik yang dihasilkan.
Semakin banyak glukosa yang digunakan maka arus listrik yang ditimbulkan akan semakin besar. Hal ini terjadi karena metabolisme bakteri dalam larutan dengan lebih banyak glukosa akan lebih cepat dan pertumbuhan bakteri yang cepat membuat jumlah arus yang lebih besar.
Qurratul (tengah) bersama dengan timnya yang berinovasi dalam mengolah lmbah jerami dan lumpur Sidoarjo menjadi energi listrik (Foto: diktiristek.kemendikbud.go.id)
“Daya sebesar 8.515,351 miliwatt dapat dihasilkan dari pemrosesan 11.362 gram glukosa,” imbuh Qurratul.
Penemuan yang dibimbing oleh Raden Darmawan ini rupanya telah berhasil meraih medali perunggu pada kategori Energy di kompetisi Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada bulan Desember 2021 lalu.
Tim yang terdiri dari Qurratul dan teman-temannya yang bernama Akbar Krisna Wandana (Departemen Teknik Instrumentasi ITS), Cherish Global Etnic (Departemen Teknik Kimia ITS), Dwi Mayasari (Departemen Teknik Kimia ITS), dan Ramadhita Putra Purnomo (Departemen Teknik Kimia ITS) ini berharap bahwa inovasi yang mereka temukan ini dapat segera diteliti lebih lanjut sebagai solusi dari permasalahan lingkungan di Indonesia. [hc]