features

Isu Negatif Jokowi Menguat, AMIN akan Mengambil Manfaat

Penulis Aswandi AS
Jan 25, 2024
Debat keempat capres-cawapres Pilpres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/24). (Foto: Instagram/kpu_ri)
Debat keempat capres-cawapres Pilpres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/24). (Foto: Instagram/kpu_ri)

ThePhrase.id - Salah satu alasan Prabowo Subianto memilih Gibran sebagai cawapres di Pilpres 2024 adalah untuk mendapatkan “Jokowi Effect”  atau pengaruh Jokowi yang akan mendongkrak elektabilitasnya. Jokowi yang masih menduduki kursi presiden diyakini memiliki pengaruh besar untuk memenangkannya dalam pilpres 2024.

Tingkat kepuasan tinggi terhadap Jokowi versi lembaga survei memperkuat keyakinan bahwa Jokowi  masih memiliki power untuk memenangkan calon presiden yang didukungnya. Karena itu, Gibran Rakabuming menjadi titik temu “barter” antara keinginan Jokowi untuk terus berkuasa dan hasrat Prabowo untuk memenangkan kontestasi pilpres 2024. Karena itu, Prabowo menampik para ketua partai koalisinya termasuk Menteri Negara BUMN Erick Thohir yang sudah mengurus SKCK atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian  sebagai syarat menjadi cawapres.

Namun semakin mendekati hari H Pemilu, elektabilitas Prabowo - Gibran   menunjukkan tren menurun, terutama di beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong suara seperti di Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat yang sebelumnya dikuasai Paslon nomor urut 02 itu.

"Prabowo Gibran mengalami tren turun, begitu juga Ganjar mengalami tren turun. Sementara Anies mengalami kenaikan," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda saat rilis survei yang ditayangkan di Youtube Poltracking TV, Jumat 19 Januari 2024.

Poltracking mencatat,  di Jakarta Anies – Muhaimin meraih 49,6 persen, Ganjar – Mahfud 27,5 persen, dan Prabowo-Gibran di posisi buncit dengan 15,7 persen.  Di Banten Anies – Muhaimin  ada di angka 47,6 persen, Prabowo-Gibran 28,5 persen dan Ganjar-Mahfud 16,1 persen. Sementara di Jawa Barat Anies-Muhaimin meraih 36,3 persen, Prabowo-Gibran 30,8 persen dan Ganjar – Mahfud 18,7 persen.

Tren menurun Prabowo-Gibran juga dicatat oleh lembaga survei Politika Reserach and Consulting (PRC).
"Elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran terjadi penurunan dari survei November 2023 sebesar 47,8 persen menjadi 42,4 persen pada Desember 2023," ungkap Direktur Eksekutif PRC Rio Prayogo dalam konferensi pers daring, Jumat (5/1/2024).

Penurunan elektabilitas, kata Rio  juga terjadi pada pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Di mana, elektabilitas pasangan nomor urut tiga ini turun dari 23,5 persen pada November 2023 menjadi 21,8 persen pada Desember 2023.

"Sementara tren naik terjadi pada elektabilitas pasangan Anies-Muhaimin dari 25,5 persen pada November 2023 menjadi 28,0 persen pada Desember 2023," ungkap Rio.

Sentimen Negatif Publik

Isu Negatif Jokowi Menguat  AMIN akan Mengambil Manfaat
Presiden RI, Joko Widodo. (Foto: Instagram/jokowi)

Tren menurun elektabilitas Prabowo-Gibran ini salah satunya dipicu oleh sentimen negatif netizen terhadap tampilan pasangan itu di debat capres-cawapres yang digelar KPU (Komisi Pemilihan Umum). Seperti pada debat cawapres tanggal 21 Januari 2024, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, mendapat sentimen negatif tertinggi di media sosial (medsos) Twitter.

Menurut analisis Drone Emprit, Gibran mencatatkan sentimen negatif paling besar yakni 60 persen. Sementara, sentimen positif terhadap putra sulung Presiden Joko Widodo itu hanya 33 persen.

“Ini menunjukkan adanya sentimen yang kurang menguntungkan atau permasalahan yang mungkin sedang dihadapi oleh Gibran Rakabuming di media sosial selama jangka waktu yang ditentukan,” tulis pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, di akun Twitter/X miliknya, @ismailfahmi, Minggu (22/1/2024).

Analisis Drone Emprit, Gibran banyak dikritik karena melanggar aturan dengan meninggalkan podium untuk bicara. Apalagi, ini bukan kali pertama Gibran melakukan pelanggaran saat debat. Pada debat kedua yang berlangsung 22 Desember 2023 lalu, Wali Kota Solo itu juga melanggar aturan yang sama.

Gibran juga dikritik karena dinilai mengejek cawapres nomor urut 3, Mahfud MD. Ada yang menganggap Gibran sombong dan ingin merendahkan Mahfud. Gibran juga dikritik karena menyinggung sosok Wakil Kapten Tim Nasional (Timnas) Pemenangan capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Thomas Lembong.

“Beberapa pengguna media sosial pun menganggap Gibran tidak memiliki adab dan menggunakan gaya yang konyol dalam debat. Beberapa pengguna media sosial merasa bahwa Gibran tidak layak menjadi perwakilan anak muda,” tulis Ismail.

Demkian juga, dengan Prabowo yang dinilai emosional dan sering tidak tuntas menjawab atau mersepon pertanyaan lawan.

Jokowi Effect

Pengaruh Jokowi atau Jokowi effect terhadap elektabilitas para paslon capres cawapres itu  sangat kentara. Direktur Eksekutif Politica Research Consulting (PRC),  Rio Prayogo mengungkapkan 61,7 persen masyarakat yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi paling besar terdistribusi ke Prabowo-Gibran. Sementara 36,3 persen masyarakat yang menyatakan tidak puas terhadap kinerja Jokowi identik ke pasangan Anies-Muhaimin.

Hubungan yang buruk antara Jokowi dan PDI Perjuangan menyebabkan pemilih Jokowi pindah dari Ganjar-Mahfud ke paslon lain.

"Tampak sekali penurunan atau mutasi yang drastis dari struktur pemilih Ganjar mengalami penurunan dari pemilih Jokowi," jelas Rio.

Dari sini bisa dilihat bahwa tingkat kepuasan dan tingkat kekecewaan terhadap Jokowi dapat berpengaruh pada perilaku migrasi pilihannya. Prabowo – Gibran adalah paslon pengambil manfaat electoral terbesar dari kepuasan terhadap Jokowi. Sebaliknya Anies-Muhaimin adalah paslon yang mendapat limpahan electoral dari kekecewaaan pemilh Jokowi.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, sejumlah isu negatif terus berhembus yang membuat popularitas Jokowi  mengalami penurunan. Seperti isu pemakzulan yang disuarakan oleh kelompok Petisi 100 yang diinisiasi sejumlah tokoh seperti Faizal Assegaf, Marwan Batubara, Rahma Sarita, Letnan Jenderal TNI Mar (Purn) Suharto dan lain-lain, yang terus bersafari mensosialisasi ide ini dengan menyertakan sejumlah pelanggaran yang dilakukan Jokowi sebagai alasan pemakzulan itu.

Demikian juga kabar tentang sejumlah menteri kabinet Jokowi yang akan mengundurkan diri yang memunculkan pertanyaan tentang soliditas pemerintahan Jokowi di ujung periode jabatannya.  Permintaan Jokowi untuk dipertemukan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Seokarnoputri juga menjadi indikasi jika Jokowi dalam keadaan terdesak sehingga merasa perlu untuk menemui Ketua Umum PDIP itu.

“Isu mundurnya menteri bahkan jumlahnya sampai 15, sekarang turun jadi 5, itu adalah isu yang sama sekali tidak benar. Karena pemerintahan Pak Jokowi-Ma'ruf Amin, Kabinet Indonesia Maju tetap solid," kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi dalam konferensi pers, Jumat (19/1/2024).

Cawe-cawe presiden yang diduga mengerahkan aparat negara untuk memenangkan Paslon yang didukungnya telah jadi “stempel”  di kalangan netizen Jokowi sebagai pelanggar konstitusi demi politik dinasti.

Maka jika ingin menguatkan elektabilitas Paslon yang didukungnya, Jokowi dan timnya harus mengeliminir isu-isu negatif yang dilekatkan padanya.  Karena, begitu isu negatif itu menguat, maka Paslon 01, Anies –Muhaimin yang identik sebagai antitesa Jokowi yang akan mendapat limpahan manfaat.  Wallahu’alam. (Aswan AS)

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic