ThePhrase.id – Sebanyak 1.384 jamaah haji Indonesia mengalami hipertensi. Jumlah ini merupakan 46 persen dari sekitar 3000 kasus rawat jalan jemaah haji Indonesia baik di kloter, sektor, maupun KKHI.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana meminta semua petugas kesehatan mengkampanyekan gerakan cegah dan kendalikan hipertensi.
''Untuk itu perlu ada kampanye gerakan peduli hipertensi bagi jamaah haji,'' ujar Budi.
Budi menuturkan, gerakan peduli hipertensi bagi jamaah haji bisa dilakukan melalui aksi rutin periksakan kesehatan, konsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter dan sesuaikan aktifitas dengan kondisi kesehatan. Selain itu, jaga keseimbangan pola makan, perbanyak makan sayur dan buah serta hindari kelelahan.
Tim petugas medis Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah mulai melakukan Screening kesehatan terhadap jamaah haji risiko tinggi. (Foto: Dok. Kemenkes)
Dehidrasi, aktifitas fisik yang berlebihan dan kelelahan disinyalir menjadi penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah bagi jemaah haji. Untuk itu asupan cairan yang cukup saat beraktivitas menjadi hal yang harus diperhatikan baik bagi Jemaah maupun para Tenaga Kesehatan Haji (TKH).
Kampanye gerakan pengendalian hipertensi terus dilakukan oleh tim promosi kesehatan baik di daker Madinah maupun daker Makkah.
Koordinator promosi kesehatan (Promkes) PPIH Arab Saudi bidang kesehatan, Edi Supriyatna mengatakan kampanye gerakan pengendalian hipertensi sudah dilaksakan sejak Sabtu (18/6) di sektor sektor dan seputaran mesjid Nabawi, Madinah. Tim akan terus bergerak ke maktab maktab, tempat pemondokan jemaah. Demikian pula di Makkah.
''Sosialisasi sudah kami lakukan kemarin di sektor satu,'' katanya.
Sebelumnya, Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Eva Delsi mengimbau kepada jemaah haji untuk tetap menjaga tubuh agar tidak terjadi dehidrasi dengan minum air putih yang cukup.
Menurut Eva, tidak ada penanda gerah membuat jemaah Indonesia acapkali tidak sadar tubuhnya sedang mengalami dehidrasi.
”Cuaca di sini memang panas banget dan tidak mengeluarkan keringat, beda dengan di Indonesia, kita bisa merasa gerah. Di sini kita merasa baik baik aja karena tidak ada penanda, kalau di indonesia kan ada penanda, contohnya berkeringat,” jelas Eva.
Menurut Eva, kondisi dehidrasi pada tubuh, tidak hanya berpengaruh pada kondisi kulit atau bibir yang kering dan pecah pecah, melainkan dapat mengarah pada kondisi yang lebih gawat, terutama di tengah cuaca yang panas dengan kelembapan yang rendah. [fa]