regional

Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Ini Perkembangannya!

Penulis Ashila Syifaa
Dec 14, 2023
Ibu Kamini yang sedang menjual minuman jamu. (Foto: ich.unesco.org/Ganesh Ahsha Dalila © Dwi Ranny Pertiwi Zarman, Indonesia, 2022)
Ibu Kamini yang sedang menjual minuman jamu. (Foto: ich.unesco.org/Ganesh Ahsha Dalila © Dwi Ranny Pertiwi Zarman, Indonesia, 2022)

ThePhrase.id - Jamu telah lama menjadi minuman tradisional yang dikenal memiliki khasiat tinggi dan dijadikan obat alami untuk meningkatkan kesehatan serta menyembuhkan berbagai penyakit. Jamu diperkirakan sudah ada sejak 1300 M dan memiliki sejarah yang panjang hingga perkembangannya saat ini.

Budaya sehat meminum jamu ini sudah lama dikenal dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia hingga diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Sejarah Perkembangan Budaya Jamu

Keberadaan minuman tradisional jamu ini dikatakan sudah ada sebelum Candi Borobudur dibangun. Hal ini bisa terlihat dari pahatan dalam relief Karmawibangga yang terdapat di Candi Borobudur, yang menggambarkan penggunaan minuman dan obat tradisional untuk pengobatan.

Tak hanya itu, beberapa inskripsi juga dapat ditemukan pada beberapa prasasti dan candi, antara lain Candi Rimbi tahun 1329 Masehi, Prasasti Madhawapura 1305 Masehi, Serat Centhini 1814 Masehi, dan Situs Liyangan 800 Masehi.

Jamu bukanlah hal yang asing, terutama bagi masyarakat Jawa. Menurut laman Jalur Rempah, ada teori yang menyatakan bahwa ‘jamu’ berasal dari gabungan dua kata ‘Jawa’ dan ‘Ngeramu,’ yang secara sederhana diterjemahkan sebagai ramuan yang dibuat oleh orang Jawa atau ramuan yang berasal dari Jawa. Namun, ada yang mengatakan bahwa kata ‘jamu’ berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu jampi atau usodo yang memiliki arti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa.

Meskipun budaya minum jamu mengalami penurunan dengan munculnya ilmu modern dan obat-obatan bersertifikasi, jamu masih terus dilestarikan dan berkembang sejak zaman Kerajaan Mataram. 

Budaya jamu ini dapat tetap bertahan berkat terbentuknya Komite Jamu Indonesia pada tahun 1940 pada masa penjajahan Jepang. Kemudian, pada tahun 1974 hingga 1990, industri jamu semakin berkembang dengan berdirinya banyak perusahaan jamu. Pemerintah juga memberikan bantuan dan pembinaan untuk meningkatkan produksi industri jamu.

Seiring berjalannya waktu, teknologi juga memengaruhi penjualan jamu dengan banyaknya produk jamu yang dikemas dalam bentuk pil, tablet, atau bubuk instan.

Pengolahan jamu ini sebenarnya tidak rumit karena hanya mengambil sari dan perasan tumbuhan herbal. Ada juga dengan cara ditumbuk; sering kali jamu ini berbahan dasar kunyit, temulawak, lengkuas, jahe, kencur, dan kayu manis. Khusus gula Jawa, gula batu, dan jeruk nipis biasanya digunakan sebagai penambah rasa segar dan rasa manis. Namun, keunikan jamu ini terletak pada prosesnya yang membutuhkan penyesuaian dari takaran bahan, suhu, lama menumbuk, atau merebus. Jika tidak diperhatikan dengan baik, akan kehilangan khasiat dari bahan-bahannya, bahkan bisa membahayakan tubuh.

Diakui Sebagai Warisan Takbenda UNESCO

Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO  Ini Perkembangannya
Ibu Lestari yang telah bekerja sebagai peramu jamu selama 50 tahun. (Foto: ich.unesco.org/Ganesh Ahsha Dalila © Dwi Ranny Pertiwi Zarman, Indonesia, 2022)

Budaya Sehat Jamu atau Jamu Wellness Culture resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia yang ke-13 pada 6 Desember 2023. Jamu sebagai warisan dunia dikukuhkan dalam sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kasane, Republik Botswana.

"Sebagai salah satu warisan budaya kita, jamu mewakili hubungan yang mendalam, bermakna, dan harmonis antara manusia dengan alam. Jamu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad," jelas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menjelaskan bahwa budaya jamu ini tidak hanya menjadi obat tradisional tetapi juga menjadi penggerak ekonomi Indonesia karena melibatkan lapisan masyarakat mulai dari petani yang menanam bahan baku jamu, pekerja yang memprosesnya, hingga tenaga penjualan dan pemasaran. Sehingga, jamu patut dilestarikan dan dikenalkan di kancah internasional untuk melindungi dan mengembangkan jamu sebagai warisan budaya, serta berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan global. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic