Thephrase.id - Streameast, platform streaming olahraga ilegal terbesar di dunia, resmi ditutup setelah operasi gabungan internasional yang berlangsung selama satu tahun.
Aksi ini dijalankan oleh Alliance for Creativity and Entertainment (ACE), koalisi anti-pembajakan berbasis di Amerika Serikat, bersama aparat penegak hukum Mesir.
Melansir The Athletic, menurut data ACE, jaringan Streameast terdiri dari 80 domain tidak resmi dan mencatat 1,6 miliar kunjungan dalam satu tahun terakhir.
Layanan tersebut menyediakan akses gratis ke berbagai pertandingan olahraga global, termasuk Premier League, Champions League, NFL, NBA, MLB, tinju, MMA, hingga F1.
Rata-rata kunjungan bulanan situs ini mencapai 136 juta, dengan mayoritas lalu lintas berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Filipina, dan Jerman. Aksi penindakan berlangsung pada Minggu, 24 Agustus 2025, di El-Sheikh Zaid, Giza, sekitar 32 kilometer barat Kairo.
Dalam operasi itu, dua pria ditangkap atas dugaan pelanggaran hak cipta. Aparat menyita sejumlah laptop, ponsel, uang tunai, dan kartu kredit yang diduga digunakan untuk mengelola situs tersebut.
Investigasi juga mengungkap adanya perusahaan cangkang di Uni Emirat Arab yang digunakan untuk mencuci pendapatan iklan senilai 4,9 juta pound sterling atau sekitar USD 6,2 juta (setara Rp 94,9 miliar) sejak 2010, serta tambahan USD 200.000 (sekitar Rp 3,06 miliar) dalam bentuk mata uang kripto. Sejumlah properti real estat di Mesir juga diduga dibeli menggunakan hasil dari operasi ilegal itu.
"ACE meraih kemenangan gemilang dalam perjuangan mendeteksi, mencegah, dan melumpuhkan pelaku kejahatan digital dengan menutup platform streaming olahraga ilegal terbesar di mana pun. Dengan aksi bersejarah ini, kami menambah poin bagi liga olahraga, perusahaan hiburan, dan penggemar di seluruh dunia dan aliansi global kami akan terus berada di lapangan selama diperlukan untuk mengidentifikasi dan menarget jaringan pembajakan terbesar di dunia," tegas Ketua ACE sekaligus CEO Motion Picture Association, Charles Rivkin.
"Tindakan ini dengan cepat membongkar apa yang pernah menjadi operasi streaming olahraga ilegal terbesar di dunia, dan saya memuji otoritas Mesir atas kemitraannya. Ini menjadi bukti lebih lanjut bahwa tidak ada jaringan pembajakan yang berada di luar jangkauan penegakan hukum global yang terkoordinasi," timpal Larissa Knapp, wakil presiden eksekutif sekaligus kepala perlindungan konten MPA.
Ed McCarthy, COO DAZN Group yang menjadi bagian dari ACE, juga buka suara mengenai ditutupnya Streameast. Ia menganggap sebagai kemenangan besar bagi semua yang berinvestasi di olahraga.
"Pembubaran Streameast merupakan kemenangan besar bagi semua pihak yang berinvestasi dan bergantung pada ekosistem olahraga langsung. Operasi kriminal ini menyedot nilai dari olahraga di semua tingkat dan membahayakan penggemar di seluruh dunia," bebernya.
Sejumlah eksekutif industri juga menggarisbawahi dampaknya terhadap hak siar olahraga. Salah satu eksekutif DAZN menyebut, "Saya rasa ada argumen yang mengatakan Anda bahkan tidak bisa lagi mendapatkan hak siar eksklusif karena pembajakan sudah begitu parah."
Meskipun domain utama Streameast sudah tidak aktif, laporan di Reddit menyebut sejumlah situs tiruan atau layanan pengganti kini muncul mengisi celah pasar.
Salah satu platform yang mengusung nama Streameast bahkan mengklaim dirinya sebagai "tujuan utama untuk streaming olahraga gratis".
Sementara itu, data Brand Finance dalam survei perilaku penggemar tahun 2025 menunjukkan, 43 persen dari 14.000 responden di 13 negara mengaku mempertimbangkan menggunakan situs siaran langsung ilegal ketimbang membayar penuh untuk menonton olahraga.
Penindakan terhadap Streameast ini merupakan bagian dari rangkaian operasi global memberantas pembajakan.