ThePhrase.id - Jemaah haji Indonesia disarankan untuk tetap menggunakan masker dengan baik sebagai bentuk ikhtiar untuk terhindar dari tertular berbagai jenis virus.
''Gunakan masker dengan baik dan benar, masker harus menutupi pangkal hidung dan seluruh mulut. Serta jika terkena cairan, segera diganti karena membran masker bisa tidak berfungsi dengan baik lagi,'' ujar Andi Yanti, dokter spesialis paru, PPIH Arab Saudi, Kamis (16/6).
Andi Yanti, dokter spesialis paru, PPIH Arab Saudi
Andi menyampaikan, jika jemaah haji tidak menggunakan masker dengan baik dan benar, maka bakteri, khususnya virus penyebab Covid-19 ( SARS Cov-2) dapat lolos masuk ke saluran pernapasan dan jamaah bisa terpapar Covid-19.
''Di samping itu diharapkan penggantian masker secara berkala minimal 6-8 jam atau jika dirasa sudah kotor,'' imbuhnya.
Jemaah haji juga disarankan agar selalu mencuci tangan dengan sabun atau membawa hand sanitiser di dalam tas. Apabila sudah menyentuh barang di tempat umum, maka tangan harus segera dibersihkan.
''Cuci tangan sebelum tangan menyentuh hidung atau area mulut yang bisa jadi sarana untuk virus masuk kedalam saluran pernapasan dan menimbulkan infeksi Covid-19,'' tandasnya.
Andi juga menyarankan agar jemaah haji sering berwudhu selama melaksanakan ibadah haji. Karena berwudhu merupakan tehnik pembersihan diri yang paling optimal.
Andi berharap, jamaah tetap patuh terhadap sejumlah protokol kesehatan selama menunaikan ibadah haji. Tujuannya agar jemaah haji tetap aman dan sehat selama menjalankan rangkaian ibadah haji.
Khusus untuk jamaah haji, karena menjaga jarak sulit dihindarkan, maka kita bisa memperkuatnya memakai masker dengan baik dan benar. Serta selalu mencuci tangan dengan sabun atau memakai desinfectan (hand sanitiser).
Jamaah haji Indonesia tetap mengenakan masker demi mencegah penularan virus Covid-19. (Foto Republika)
Minum Air Putih
Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Eva Delsi mengimbau kepada jemaah haji untuk tetap menjaga tubuh agar tidak terjadi dehidrasi dengan minum air putih yang cukup.
Menurut Eva, tidak ada penanda gerah membuat jemaah Indonesia acapkali tidak sadar tubuhnya sedang mengalami dehidrasi.
''Cuaca di sini memang panas banget dan tidak mengeluarkan keringat, beda dengan di Indonesia, kita bisa merasa gerah. Di sini kita merasa baik baik aja karena tidak ada penanda, kalau di indonesia kan ada penanda, contohnya berkeringat,'' jelas Eva.
Menurut Eva, kondisi dehidrasi pada tubuh, tidak hanya berpengaruh pada kondisi kulit atau bibir yang kering dan pecah pecah, melainkan dapat mengarah pada kondisi yang lebih gawat, terutama di tengah cuaca yang panas dengan kelembapan yang rendah.
''Kalau kita dehirasi yang terganggu semua sel tubuh, akibatnya mulai dari yang teringan seperti rasa mual, kulit terasa kering, sampai dengan bergejala berat seperti delirium (berperilaku seperti orang bingung) sampai dengan terjadinya heat stroke yang ditandai gangguan kesadaran atau pingsan. Itu yang kita mau hindari,'' imbuhnya.
Untuk itu Eva mengingatkan para Jemaah untuk rutin minum air, meskipun tidak merasa haus, makan tepat pada waktunya, dan gunakan alat pelindung diri seperti masker, alas kaki, payung, semprotan muka, dan sebagainya.
Meskipun sering minum, imbuhnya, dengan cuaca dan kelembapan di tanah suci, tidak akan membuat jemaah sering buang air kecil. Sehingga jemaah diminta untuk rutin minum air dan jangan tunggu haus.
''Meskipun di malam hari jangan lupa minum. Sebelum tawaf minum, setelah selesai tawaf, sebelum sa'i, setelah sa'i, jangan lupa minum,'' sarannya.