ThePhrase.id - Reaktor fusi nuklir terbesar di dunia, JT-60SA, secara resmi dioperasikan di Jepang pada Jumat (1/12). Teknologi yang sering disebut sebagai "matahari buatan" tersebut diharapkan menjadi solusi untuk kebutuhan energi manusia di masa depan.
JT-60SA memiliki tujuan untuk mengeksplorasi fusi sebagai sumber energi bersih, aman, berskala besar, dan bebas karbon, dengan harapan menghasilkan lebih banyak energi daripada yang digunakan dalam produksinya.
Fusi nuklir sendiri memiliki perbedaan signifikan dengan fisi. Fusi, yang menjadi basis teknologi 'matahari buatan' ini, melibatkan penggabungan inti atom yang lebih ringan, seperti mengubah hidrogen menjadi helium.
Sebaliknya, fisi nuklir, yang menjadi dasar reaktor nuklir konvensional, melibatkan pembelahan inti atom yang lebih berat, seperti uranium atau plutonium, menjadi inti yang lebih kecil. Keduanya melepaskan energi, namun fusi memiliki keunggulan dalam jumlah energi yang jauh lebih besar daripada fisi.
Terlebih lagi, dalam konteks keamanan, fusi dianggap memiliki risiko yang lebih rendah karena sulit diinisiasi dan dijaga, sementara kegagalan sistem dalam reaktor fisi nuklir, seperti yang terjadi di Fukushima pada tahun 2011, dapat menyebabkan konsekuensi serius yang melibatkan pelepasan material radioaktif ke lingkungan sekitarnya.
Terletak di Naka, utara Tokyo, reaktor setinggi enam lantai ini mengadopsi desain tokamak berbentuk donat yang memuat plasma berputar dan dipanaskan hingga mencapai suhu 200 juta derajat Celcius.
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara Uni Eropa dan Jepang, dan menjadi cikal bakal dari proyek lebih besar, yaitu International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) di Prancis, yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan.
Sam Davis, wakil pemimpin proyek JT-60SA, menyatakan bahwa alat ini akan membawa manusia lebih dekat ke sumber energi fusi.
"Ini adalah hasil dari kolaborasi lebih dari 500 ilmuwan dan insinyur serta lebih dari 70 perusahaan di Eropa dan Jepang," ujar Davis dalam acara peresmian.
Sementara itu, Komisaris Energi Uni Eropa, Kadri Simson, menyebut JT-60SA sebagai tokamak paling canggih di dunia yang sekaligus menandai tonggak sejarah dalam riset fusi.
Fusi nuklir menjadi kunci bauran energi abad ke-21, dan prestasi dicapai di JT-60SA membuka pintu bagi potensi energi bersih. Meskipun prestasi sejenis telah terjadi di National Ignition Facility di AS, dengan metode fusi kurungan inersia, pendekatan JT-60SA dan ITER membuka jalur baru untuk eksplorasi energi terbarukan. [nadira]