regional

Jepara, Tanah Kelahiran Kartini yang Jadi Kota Ukir Dunia

Penulis Ashila Syifaa
Apr 25, 2024
Ukiran kayu khas Jepara. (Foto: Indonesia.go.id)
Ukiran kayu khas Jepara. (Foto: Indonesia.go.id)

ThePhrase.id - Jepara merupakan kabupaten kecil yang berada di darah Pantai Utara atau Pantura Pulau Jawa. Nama Jepara pastinya sudah tak asing lagi didengar, karena merupakan tanah kelahiran pahlawan nasional, RA Kartini dan sebagai pusat kerajinan kayu yang ternama.

Kabupaten Jepara yang terletak di Jawa Tengah, memiliki sejarah yang cukup panjang dan menarik. Sebagai tanah kelahiran pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi perempuan, terdapat jejak-jejak peninggalannya di sini.

Tanah Kelahiran Kartini

Museum R.A Kartini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah untuk lebih dalam mengenal sejarah Kartini dan seluruh usahanya dalam memperjuangkan mimpinya. Museum ini berisikan peninggalan barang-barang R.A Kartini pada zaman dahulu.

Selain museum, terdapat juga Pendopo Jepara yang menjadi saksi kehidupan Kartini. Dahulunya pendopo ini pernah menjadi tempat tinggal Kartini, bahkan menjadi tempat kelahiran gagasan emansipasi wanita.

Tak hanya menyimpan sejarah RA Kartini saja namun memiliki beberapa kekayaan lainnya yang tak kalah menarik dan juga indah.

Pesona Alam yang Indah

Meski letaknya di pesisir, Jepara tak hanya memiliki pesona pantai saja, terdapat juga bukit, air terjun, hingga gunung yang dapat dinikmati pemandangan alamnya yang asri.

Salah satu pantai yang menjadi favorit masyarakatnya adalah Pantai Blebak yang memiliki pasir putih bersih yang lembut. Tak hanya dapat menikmati suasana pantai yang menyenangkan, pemandangan sawah dan tanaman bakau yang mengelilinginya menambahkan pesonanya.

Salah satu wisata yang menjadi ikonnya Kabupaten Jepara adalah Karimun Jawa, meski perlu menempuh 3-4 jam menggunakan kapal, keindahan alamnya merupakan daya tarik utamanya.

Kota Ukir Dunia

Jepara memiliki julukan The World Carving Center atau kota ukir dunia. Karya kerajinan ukiran kayu dan mebel yang berkualitas dan mendunia ini berawal pada abad ke-19, di mana pada zaman Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit terdapat pengukir dan pelukis yang melegenda.

Pengukir dan pelukis bernama Prabangkara, dipanggil oleh Raja Brawijaya untuk melukis isterinya dalam keadaan tanpa busana. Namun sebagai pelukis, ia harus melukis melalui imajinasinya tanpa boleh melihat permaisuri dalam keadaan tanpa busana.

Ia melakukan pekerjaannya dengan sempurna, sayangnya kotoran cicak mengenai lukisan tersebut yang berujung Prabangkara dihukum. Hal ini karena, kotoran cicak tersebut lokasinya persis pada kenyataannya sehingga Prabangkara dituduh oleh Raja telah melihat permaisuri tanpa busana.

Prabangkara dihukum diikat dilayang-layang dan diterbangkan, ia kemudian jatuh di belakang gunung yang kini bernama Mulyoharjo di Jepara. Dari sini, ia kemudian mengajarkan ilmu ukirnya kepada warga setempat yang sampai saat ini ilmu tersebut masih terus diturunkan dan dilestarikan.

Kemahiran dan keunikan karya ukir di Jepara ini tak hanya menarik perhatian masyarakat Indonesia, bahkan, mengutip Kompas.com, angka ekspor dari Jepara mencapai 177,03 juta dollar AS, dengan volume ekspor yang mencapai 53,65 juta kg. [Syifaa]

 
Related News

Popular News

 

News Topic