ThePhrase.id - Kamboja telah melaporkan dua kasus flu burung (H5N1) pada manusia di mana salah satu dari mereka, seorang gadis berusia 11 tahun meninggal dunia. Pasien kedua merupakan Ayah dari gadis tersebut.
Foto: Ilustrasi Unggas (freepik.com photo by tawatchai07)
Berdasarkan pengurutan genetik awal yang dilakukan di Kamboja virus tersebut diidentifikasi sebagai H5 clade 2.3.2.1c. Virus tersebut telah beredar di Kamboja di antara burung dan unggas selama bertahun-tahun dan secara sporadis telah menyebabkan infeksi pada manusia, kata CDC dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.
“Ya, ini adalah jenis flu burung yang lebih tua yang telah beredar di sekitar wilayah ini selama beberapa tahun dan meskipun telah menyebabkan infeksi pada manusia di masa lalu, belum terlihat menyebabkan penularan dari manusia ke manusia. Namun, itu tidak berarti bahwa ancamannya berkurang," kata Erik Karlsson, direktur Pusat Influenza Nasional Kamboja dan penjabat kepala virologi di Institut Pasteur du Cambodge, yang mengurutkan virus tersebut.
Setelah meninggalnya gadis di Kamboja tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan pihak berwenang melakukan peninjauan asesmen risiko global.
“Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat meluasnya penyebaran virus pada unggas di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia termasuk manusia,” ujar Direktur Kesiapsiagaan serta Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO, Sylvie Briand.
Menyikapi kasus tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menerbitkan aturan baru dalam Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nomor PV.03.01/C/824/2023 tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4.4b yang ditetapkan pada 24 Februari 2023.
Adapun poin-poin instruksi dalam Surat Edaran tersebut termasuk:
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan instansi yang membidangi fungsi kesehatan hewan serta sektor terkait lainnya dalam upaya pencegahan dan pengendalian Flu Burung pada Manusia
Menyiapkan fasilitas kesehatan untuk penatalaksanaan kasus suspek Flu Burung
Meningkatkan kapasitas Labkesmas untuk pemeriksaan sampel dari kasus dengan gejala suspek flu burung
Melakukan promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam upaya kewaspadaan flu burung
Mengintensifkan kegiatan surveilans dan Tim Gerak Cepat (TGC) terutama dalam mendeteksi sinyal epidemiologi di lapangan
Bagi daerah yang menjadi sentinel surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) agar meningkatkan kewaspadaan dini
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan dalam negeri dan luar negeri di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas darat negara
Melakukan pemeriksaan dan penanganan kasus jika ditemukan perilaku perjalanan yang memiliki gejala ILI sesuai pedoman yang berlaku.
Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan seluruh lintas sektor yang berada di wilayah kerja KKP
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu meminta masyarakat agar selalu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan melaporkan kepada dinas peternakan apabila ada kematian unggas secara mendadak dan dalam jumlah yang banyak di lingkungannya. Ia juga meminta segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala flu burung dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko. [nadira]