ThePhrase.id - Kasus rabies di Indonesia akhir-akhir ini telah mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Infeksi zoonosis yang utamanya ditularkan melalui gigitan hewan, menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Untuk mengendalikan penyebaran kasus rabies dan memastikan kesejahteraan masyarakat, sangat penting untuk memahami apa itu rabies, bagaimana penularannya, mengenali tanda dan gejalanya, serta mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk menangani dan mencegah terjadinya.
Melansir Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, rabies atau yang juga dikenal sebagai penyakit anjing gila, merupakan penyakit menular akut yang menyerang sistem saraf pusat dan disebabkan oleh Lyssavirus. Virus rabies dapat ditularkan melalui air liur, gigitan, cakaran, atau jilatan pada kulit yang terluka oleh hewan yang terinfeksi rabies. Hewan-hewan yang memiliki risiko tinggi dalam penularan rabies biasanya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak divaksinasi terhadap rabies. Anjing umumnya menjadi pembawa virus utama. Namun, penting juga untuk diketahui bahwa mamalia lainnya, seperti kucing, kelelawar, rakun, dan rubah, juga dapat menjadi sumber penularan virus tersebut.
Periode inkubasi rabies dapat bervariasi antara 4 hingga 12 minggu. Gejala rabies pada manusia berkembang secara bertahap. Gejala awal mirip dengan flu, termasuk demam, sakit kepala, dan kelelahan umum. Seiring berkembangnya penyakit, gejala neurologis menjadi lebih mencolok, seperti kecemasan, kegelisahan, halusinasi, dan hidrofobia (ketakutan terhadap air). Pada tahap selanjutnya, terjadi kelumpuhan, kesulitan menelan, dan kegagalan pernapasan.
Penanganan rabies yang tepat dan cepat sangat penting. Luka gigitan atau cakaran harus dicuci dengan bersih menggunakan sabun dan air selama setidaknya 15 menit. Setelah itu, pasien dapat mengoleskan cairan antiseptik yang mengandung alkohol 70 persen atau iodine pada area luka. Selanjutnya, pasien harus segera berkonsultasi dengan tenaga medis dan memulai prophylaxis pasca-paparan (PEP), yang melibatkan rangkaian suntikan vaksin rabies dan pemberian imunoglobulin. Penting untuk memberikan informasi yang akurat tentang kejadian tersebut agar penilaian dan pengobatan yang tepat dapat diberikan.
Pencegahan memainkan peran penting dalam memerangi rabies. Beberapa langkah perlu diambil untuk mengurangi dampaknya. Salah satunya adalah melakukan kampanye vaksinasi secara teratur untuk anjing dan kucing peliharaan, karena mereka adalah sumber utama penularan kepada manusia. Selain itu, diperlukan program kesadaran masyarakat yang mengedukasi individu tentang risiko yang terkait dengan penanganan hewan liar dan pentingnya melaporkan gigitan hewan secara tepat waktu. Pemerintah juga harus mempromosikan kepemilikan hewan peliharaan yang bertanggung jawab, termasuk sterilisasi/castrasi. [nadira]