lifestyle

Keadaan Disosiatif, Apakah Masuk Kecanduan Sosial Media?

Penulis Ashila Syifaa
Jun 09, 2022
Keadaan Disosiatif, Apakah Masuk Kecanduan Sosial Media?
ThePhrase.id - Beberapa peneliti dari Universitas Washington menemukan pengguna media sosial yang masuk dalam keadaan disosiatif seperti orang sedang membaca novel yang akan berhenti memperhatikan keadaan sekitar.

Para peneliti ini terinspirasi dari pengakuan orang pada awal pandemi di mana mereka akan menghabiskan banyak waktu dengan smartphonenya terutama di media sosial. Hasil penelitian tersebut diperesentasikan pada CHI 2022 - Conference on Human Factors in Computing System, Apr 30, 2022 – May 6, 2022.

Ketika memperhatikan pengguna media sosial seperti di platform Twitter sebagian besar akan mulai melamun dan tidak memperhatikan keadaan sekitar saat sedang scrolling. Hal ini menandakan masuknya sesorang pada keadaan disosiatif yang akan membuat mereka merasa tidak bisa mengendalikan kebiasaan scrolling setelah menghabiskan waktu di platform media sosial.

Keadaan Disosiatif
Ilustrasi masuk kedalam keadaan disosiatif. (Foto: Unsplash/Borna Hrzina)


Namun, menurut Amanda Baughan, penulis utama dari Universitas Washington mahasiswa doktoral di Paul G. Allen School of Computer Science & Engineering, istilah disosiatif untuk menggambarkan orang yang menghabiskan waktu di media sosial lebih baik daripada menyebutnya kecanduan.

Hal tersebut karena dapat mengubah cara dalam menghadapi kebiasaan buruk kita dalam menggunakan media sosial. Dari memandang bagaimana caranya ‘memiliki kontrol terhadap diri sendiri’ menjadi bagaiamana ‘semua orang mengalami keadaan disosiatif dalam keseharian seperti melamun ataupun scrolling di media sosial.’

Ada beberapa jenis disosiatif salah satunya merupakan disosiatif yang disebabkan oleh trauma dan disosiatif yang dirasakan setiap hari seperti melamun atau terlalu fokus ke satu hal hingga lupa dengan lingkungan sekitar.

“Tetapi orang-orang baru menyadari bahwa mereka masuk dalam keadaan disosiatif setelahnya. Terkadang mereka akan merasa seperti ini ketika bermain media soisal: 'Ya ampun, bagaimana 30 menit sudah berlalu? Saya hanya bermaksud memeriksa satu notifikasi,'” jelas Baughan.

Banyak yang mengakui bahwa media sosial yang digunakan membuat mereka tidak dapat berhenti scrolling meskipun tujuan awalnya hanya untuk melihat notifikasi atau untuk riset yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.

Ilustrasi remaja menggunakan media sosial. (Foto: Unsplash/Melyna Valle)


Amanda Baughan dan timnya menemukan bahwa masalahnya bukan berada pada pengguna media sosial tersebut namun design dari platform media sosial yang tidak mengutamakan kesejahteraan penggunanya.

Perlunya penanda dari platform media sosial bahwa pengguna telah selesai mengikuti update terkini atau berita-berita di hari itu agar tidak membuat pengguna terus scrolling yang tiada hentinya dan masuk pada keadaan disosiatif.

“Platform media sosial dirancang untuk membuat orang terus scrolling. Ketika kita berada dalam keadaan disosiatif, membuat kita lebih rentan terhadap kebiasaan itu dan akan lupa waktu. Platform media sosial perlu menciptakan end-of-use experience, sehingga orang dapat menyesuaikannya dengan manajemen waktu mereka,” tandas Baughan. [Syifaa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic