ThePhrase.id – Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Chrisnawan Anditya menyampaikan dukungan pemerintah terhadap peengembangan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang diharapkan dapat membantu upaya pencapaian karbon netral atau net zero emission di tahun 2060 mendatang.
“Pemerintah akan mendorong penguasaan teknologi PLTN, melakukan kerja sama luar negeri, melakukan analisis multikriteria pemanfaatan PLTN, dan menyusun roadmap PLTN sebagai opsi terakhir,” ujar Chrisnawan, dikutip dari Bisnis.
Pemerintah juga akan melakukan sejumlah upaya berdasarkan panduan International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk mewujudkan penggunaan teknologi PLTN di Indonesia.
Beberapa upaya yang akan dilakukan untuk mempersiapkan PLTN antara lain membentuk organisasi pelaksana implementasi program PLTN dan juga mendapatkan persetujuan dari publik.
“PLTN akan dikembangkan 2035. Dalam peta jalan transisi energi menuju karbon netral, kami memproyeksikan PLTN pertama mulai COD 2049, dan pada 2060 kapasitas PLTN akan mencapai 35 GW,” imbuh Chrisnawan.
Hingga saat ini, PLN masih mempertimbangkan mengenai penerapan PLTN di Indonesia. Sementara Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) telah mengkaji pembangunan PLTN ini dengan penelitian yang cukup ketat.
Dalam RUPTL 2021-2030 tertera bahwa pertimbangan PLN telah mempertimbangkan potensi pengunaan energi nuklir, terutama ketika cadangan energi fosil sudah menipis.
Salah satu teknologi yang dipertimbangkan untuk mengembangkan PLTN di Indonesia adalah teknologi molten salt reactor (teknologi berbentuk pembangkit floating) yang bisa digunakan sebagai alternatif dari pengembangan PLTN konvensional.
Sebelumnya dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) telah disebutkan bahwa pengembangan industri PLTN akan dilakukan pada tahun 2020-2024 dan 2025-2035, dan industri logam tanah sebagai bahan nuklir akan dikembangkan pada tahun 2025 hingga 2035 mendatang.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset dan Teknologi Bahan Galian Nuklir (PRTBGN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yarianto Sugeng Budi Susilo mengatakan bahwa uranium, yakni bahan baku untuk PLTN memiliki jumlah yang berlimpah di Papua. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh geografis Papua dahulu yang pernah menyatu dengan benua Australia yang memiliki cadangan uranium terbesar di dunia.
“Yang paling besar memang di Australia, ini mungkin karena kita punya sejarah Australia dengan Papua ini dulunya satu. Jadi di utara (Australia/Papua Barat) ini kaya uranium, saya kira di Papua juga kaya. Tapi kami belum melakukan eksplorasi mendalam di Papua,” ujar Yarianto.
Perlu diiketahui, sumber daya uranium yang telah diestimasi di Indonesia mencapai 89.000 ton uranium (tU3O8), sedangkan sumber daya thorium mencapai 143.234 ton. [hc]