Thephrase.id - Chelsea mengumpulkan pemasukan 251,2 juta poundsterling atau sekitar Rp5,17 triliun dari penjualan pemain akademi sejak 2022. Angka ini bertambah setelah Armando Broja resmi pindah ke Burnley pada bursa transfer musim panas 2025.
Transfer Broja bernilai hingga 20 juta poundsterling atau sekitar Rp412 miliar termasuk klausul tambahan. Ia menjadi bagian dari tiga pemain akademi yang dilepas musim panas ini, bersama Bashir Humphreys ke Burnley seharga 14,7 juta poundsterling (Rp302,82 miliar) dan Ishe Samuels-Smith ke Strasbourg senilai 6,5 juta poundsterling (Rp133,9 miliar).
Ulasan BBC, total penjualan pemain akademi Chelsea pada musim panas ini mencapai 41,2 juta poundsterling (Rp848,72 miliar). Penjualan ini menjadi strategi utama klub untuk mematuhi aturan profit and sustainability (PSR) Premier League.
Di bawah kepemilikan Todd Boehly dan Clearlake Capital, Chelsea mempercepat kebijakan yang sudah berjalan sejak era Roman Abramovich. Penjualan pemain akademi memberi keuntungan penuh dalam laporan keuangan klub.
Musim panas ini saja, Chelsea meraih total pemasukan 225,5 juta poundsterling (Rp4,64 triliun) dari seluruh penjualan pemain. Dana tersebut membantu pembiayaan belanja pemain baru senilai 250 juta poundsterling (Rp5,15 triliun) yang diangsur melalui kontrak jangka panjang dengan amortisasi lima tahun.
Burnley menjadi penyumbang besar pemasukan Chelsea. Klub itu mengeluarkan lebih dari 55 juta poundsterling (Rp1,13 triliun) musim panas ini untuk mendatangkan Humphreys, Broja, dan Lesley Ugochukwu, dengan transfer Ugochukwu diyakini bernilai lebih dari 20 juta poundsterling (Rp412 miliar).
Dalam dua musim terakhir, Chelsea juga melepas Mason Mount ke Manchester United seharga 55 juta poundsterling (Rp1,13 triliun), Ian Maatsen ke Aston Villa 37,5 juta poundsterling (Rp772,5 miliar), Conor Gallagher ke Atletico Madrid 34 juta poundsterling (Rp700,4 miliar), dan Lewis Hall ke Newcastle 28 juta poundsterling (Rp576,8 miliar).
Jika dihitung tiga musim terakhir, total penjualan pemain akademi mencapai 251,2 juta poundsterling (Rp5,17 triliun). Nominal ini membantu menutup belanja hingga £1,25 miliar (Rp25,78 triliun) dalam perekrutan pemain baru.
Akan tetapi, pemasukan tersebut belum cukup membuat Chelsea patuh pada aturan keuangan. The Blues juga melakukan langkah tambahan dengan menjual dua hotel dan tim wanita kepada perusahaan induk seharga 276,6 juta poundsterling (Rp5,69 triliun). Premier League menyetujui langkah ini, tetapi UEFA menolaknya.
UEFA kemudian menjatuhkan denda 26,7 juta poundsterling (Rp550,02 miliar) kepada Chelsea. Nilai denda dapat meningkat hingga 51,2 juta poundsterling (Rp1,05 triliun) jika The Blues gagal mematuhi regulasi pada musim-musim mendatang.
Sebelum era Boehly-Clearlake, Akademi Chelsea sudah menjadi yang paling menguntungkan di Inggris. Pada periode 2017–2022, penjualan Tammy Abraham, Marc Guehi, Fikayo Tomori, dan Tino Livramento menghasilkan 163,5 juta poundsterling (Rp3,36 triliun).
Musim lalu, pelatih Chelsea, Enzo Maresca, memberi debut kepada delapan pemain akademi. Di Premier League, pemain Akademi Chelsea mencatat 5.471 menit bermain yaitu Levi Colwill (3.149 menit), Reece James (1.063 menit), Trevoh Chalobah (911 menit), Tyrique George (178 menit), Josh Acheampong (169 menit), dan Shim Mheuka (1 menit).
Catatan tersebut melampaui Manchester City, Tottenham Hotspur, dan Arsenal, tetapi berada di bawah Manchester United dan Liverpool menurut definisi pemain homegrown versi UEFA.
Sejak Juli 2022, Chelsea memimpin daftar pendapatan penjualan pemain di antara enam besar Inggris. Mereka unggul lebih dari 100 juta poundsterling (Rp2,06 triliun) atas Manchester City yang berada di peringkat kedua.
Rinciannya, Chelsea 251,2 juta poundsterling (Rp5,17 triliun), Manchester City 148,5 juta poundsterling (Rp3,06 triliun), Tottenham 123 juta poundsterling (Rp2,53 triliun), Liverpool 106 juta poundsterling (Rp2,18 triliun), Arsenal 97 juta poundsterling (Rp1,99 triliun), dan Manchester United 85,5 juta poundsterling (Rp1,76 triliun).