ThePhrase.id – Bertahun-tahun masyarakat Jakarta merasakan kemacetan yang dihadapi setiap harinya dan menjadikan Kota Jakarta sebagai salah satu kota termacet di dunia. Namun di tahun 2022 ini, kemacetan Jakarta telah berkurang dan telah keluar dari daftar 10 kota termacet di Dunia.
Menurut data dari TomTom Traffic Index, pada tahun 2017 Jakarta termasuk pada peringkat 4 kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan sebesar 61%. Namun, setiap tahunnya kemacetan Jakarta membaik, data tersebut mencatat pada tahun 2018 kemacetan Jakarta mengalami penurun dengan tingkat kemacetan sebesar 53%. Pada tahun 2019 kemacetan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan.
Di tahun 2020, kemacetan Jakarta mengalami penurunan hingga 36% sehingga Jakarta menduduki peringkat ke-31 kota termacet di dunia dari total 404 kota yang tercatat. Kemudian di 2021 lalu kemacetan Jakarta mengalami penurunan hingga 2% dengan tingkat kemacetan sebesar 34% yang menempatkan Jakarta pada peringkat 46 dalam data tersebut.
Jakarta raih peringkat ke 46 dalam Indeks Kemacetan Dunia (Foto: dishub DKI Jakarta)
“Menurut Tom Tom Traffic Index terbaru, Jakarta berada di posisi ke 46 dari total 404 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang,” tulis Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada laman Instagramnya.
Apa artinya jika tingkat kemacetan Jakarta sebesar 34%? Ini berarti masyarakat yang melakukan 30 menit perjalanan hanya menambah 10 menit waktu perjalanan dalam situasi perjalanan yang lengang. Di bandingkan dengan tahun 2019 yang akan memakan waktu 26 menit lebih untuk perjalanan 30 menit.
Namun, perubahan ini juga dipengaruhi oleh pandemi yang sedang berjalan sejak awal tahun 2020. Pandemi Covid-19 telah mengubah pola mobilitas masyarakat luas mulai dengan adanya work from home atau WHF, school from home dan pembatasan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM yang terus di lakukan dari waktu ke waktu.
Beberapa masyarakat pun merasakan bahwa perubahan yang terjadi pada tingkat kemacetan di Jakarta dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
“Karena pandemi. PPKM longgar dikit juga macet,” tulis salah satu netizen di laman Instagram @dishubdkijakarta
Beberapa juga merasakan bahwa dengan adanya perbaikan pada transportasi umum mengubah mobilitas masyarakat dari menggunakan transportasi pribadi menjadi transportasi umum.
“Sejak transportasi umum diperbaiki oleh Pemerintah Daerah, orang dari jabodetabek memilih naik bus. Pemda DKI mantab!” tulis netizen pada Instagram.
Menurut Ralf Peter Schäfer, Wakil Presiden Travel dan Traffic TomTom, ada beberapa cara untuk dapat terus menurunkan kemacetan yang terjadi di kota-kota besar. Untuk mencapai perbaikan yang mendasar, perlu pembagian moda transportasi seperti bersepeda, angkutan umum, dan moda transportasi umum lainnya harus digunakan untuk mobilitas masyarakat.
“Perubahan tersebut adalah tugas pemerintah yang membutuhkan investasi tinggi dan keputusan politik yang tegas – dan itu membutuhkan waktu,” ujar Ralf Peter Schäfer. [Syifaa]