Thephrase.id - Simone Inzaghi tidak sedang berbicara soal pendakian sungguhan. Tapi kalimatnya tidak berlebihan. Sebab apa yang dilakukan Al-Hilal pada malam itu memang terasa seperti sesuatu yang mustahil.
"Kami seperti mendaki Gunung Everest tanpa oksigen," ujar Inzaghi.
Di stadion yang gemuruh dan atmosfer yang tak berpihak, Al-Hilal datang sebagai tim underdog menghadapi Manchester City, salah satu klub paling dominan dalam sejarah kompetisi antarklub dunia. Akan tetapi, 120 menit kemudian, dunia menyaksikan sesuatu yang berbeda, The Citizens tumbang, dan Al-Hilal berdiri sebagai pemenang dengan skor 4-3 pada Minggu, 30 Juni 2025 dalam babak 16 besar Piala Dunia Antarklub 2025.
Tak ada yang menduga Marcos Leonardo akan menjadi penentu. Pemain muda Brasil itu mencetak dua gol, termasuk penentu kemenangan di menit ke-112. Satu gol datang dari bola muntah, yang tak disia-siakan setelah tendangan Sergej Milinkovic-Savic ditepis Ederson. Satu lagi lahir dari insting tajam yang mematikan.
Manchester City unggul cepat lewat Bernardo Silva, dan sempat dua kali menyamakan kedudukan lewat Erling Haaland dan Phil Foden. Tapi malam itu bukan milik The Citizens. Kalidou Koulibaly sempat mencetak gol lewat sundulan, Malcom tampil cemerlang, dan Leonardo menutup semuanya dengan dingin.
Kemenangan ini bukan hanya soal skor. Al-Hilal mencetak empat gol dari enam tembakan tepat sasaran, sesuatu yang belum pernah dialami tim Guardiola dalam sejarah mereka di Piala Dunia Antarklub. Mereka juga melampaui catatan expected goals mereka yang "hanya" 3,2. Semua tentang efektivitas, determinasi, dan momentum.
Dari pinggir lapangan, Inzaghi nyaris tak bergeming saat gol keempat bersarang. Tapi matanya berkaca. Tak ada euforia berlebihan, hanya kalimat pelan yang memuat kepuasan.
"Pep Guardiola adalah pelatih terbaik di dunia, tapi malam ini kami pantas menang," tegasnya.
Sementara itu, di ruang ganti Manchester City, suasana terasa sunyi. The Citizens mendominasi statistik, 30 tembakan, 14 di antaranya tepat sasaran, dan catatan expected goals yang menyentuh angka 4,2. Akan tetapi, semua itu tak cukup ketika Yassine Bounou berdiri di bawah mistar seperti tembok yang tak bisa ditembus.
Penjaga gawang asal Maroko itu mencatat 10 penyelamatan, termasuk dua dari jarak dekat yang membuat Haaland dan Foden menggelengkan kepala. Guardiola mengakui timnya bermain baik, tapi terlalu terbuka.
"Marginnya kecil. Kami menciptakan banyak peluang, tapi tak cukup klinis," bebernya.
Di tengah sorotan, Milinkovic-Savic melontarkan sindiran. "Kami selalu diragukan. Tapi lihat siapa yang kami kalahkan, Real Madrid, RB Salzburg, Pachuca, sekarang Manchester City. Mungkin sekarang mereka mulai percaya Liga Arab Saudi bukan lelucon," tuturnya.
Bagi Manchester City, ini menjadi penutup dari musim yang mengecewakan. Tanpa trofi, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, mereka gagal menembus fase akhir di semua kompetisi utama. Guardiola menyebut ini "waktu untuk istirahat" baik fisik maupun mental. (Rudi P)