ThePhrase.id - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, secara resmi meluncurkan integrasi fitur Diari Diabetes Digital (3D) dari aplikasi Primaku ke aplikasi SatuSehat Mobile di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada Minggu (24/11). Langkah ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, khususnya bagi anak-anak yang menderita diabetes di Indonesia.
Primaku sendiri adalah sebuah aplikasi kesehatan anak yang bertujuan meningkatkan taraf kesehatan anak Indonesia dengan menyediakan akses layanan kesehatan yang mudah dan berkualitas. Aplikasi ini telah digunakan oleh lebih dari 1,5 juta anak di Indonesia dan telah menjadi pilihan utama lebih dari 80% dokter anak di Tanah Air.
Integrasi Primaku ke dalam aplikasi SatuSehat dilakukan dengan memantau data yang masuk ke Primaku melalui fitur Diari Diabetes Digital (3D). Fitur yang terhubung dengan glucometer ini memungkinkan pemantauan data secara real-time, termasuk jenis insulin yang digunakan, waktu penggunaannya, serta variasi kadar gula darah yang sering diukur.
Dengan demikian, orang tua dan tenaga medis dapat memantau perkembangan kondisi pasien secara langsung, yang pada gilirannya meningkatkan akurasi dalam pemantauan dan pengobatan. Adanya integrasi ini juga memungkinkan data untuk dimonitor dengan lebih mudah dan lebih lengkap, dibandingkan dengan cara sebelumnya.
“Kami berharap integrasi ini dapat memudahkan pemantauan gula darah mandiri untuk kepatuhan jangka panjang, mendukung proses penanganan holistik berdasarkan data kontrol pasien dan surveilans serta perencanaan kedepannya” kata CEO Primaku, Muhammad Aditriya Indraputra.
Setiaji, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan sekaligus Chief of DTO Kemenkes RI, menjelaskan bahwa data yang terkumpul juga digunakan untuk analisis yang mendukung pengembangan machine learning dalam aplikasi SatuSehat Mobile.
“Data ini juga akan digunakan untuk dianalisis karena dapat membantu memperkaya proses kita dalam mengembangkan machine learning di dalam SatuSehat mobile. Dengan adanya machine learning, harapannya tingkat temuannya semakin besar dari sebelumnya. Tanpa machine learning, kita hanya mencatat 3,3% prevalensi, setelah menggunakannya menjadi 12,2% prevalensi,” ujar Setiaji.
Deteksi dini yang lebih efektif ini memungkinkan penanganan diabetes secara cepat, yang tidak hanya mengoptimalkan hasil pengobatan, tetapi juga mengurangi biaya pengobatan.
“Semoga kolaborasi ini ke depannya bisa lebih banyak memberi manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya untuk pasien-pasien diabetes,” tambahnya. [nadira]