ThePhrase.id - Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Bonanza Perwira Taihitu, menyatakan bahwa Indonesia aktif berperan dalam sistem kesiapsiagaan global untuk menghadapi ancaman penyakit menular baru.
Hal ini dilakukan melalui pendekatan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons (Prevention, Preparedness, and Response/PPR) terhadap kemungkinan pandemi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan identifikasi patogen prioritas yang berasal dari satwa liar. Proses ini melibatkan para pakar nasional dan internasional termasuk dari WHO, baik di tingkat regional maupun global,” kata Bonanza, dikutip keterangan tertulis Jumat (30/8).
Setiap negara memiliki daftar patogen prioritas yang disesuaikan dengan situasi epidemiologi masing-masing. Daftar ini kemudian diselaraskan dengan panduan global dari WHO.
Indonesia telah mengidentifikasi patogen prioritas dari berbagai famili virus dan bakteri yang menjadi perhatian utama. Beberapa famili virus yang masuk dalam daftar prioritas termasuk:
Selain itu, beberapa famili bakteri juga masuk dalam daftar prioritas terkait resistensi antimikroba (AMR), seperti Enterobacteriaceae (Salmonella, E. coli), Mycobacteriaceae (MTB Complex), dan Staphylococcaceae (Staphylococcus aureus). Kemenkes juga mengawasi patogen bakteri lain seperti Pseudomonadaceae (Pseudomonas), Leptospiraceae (Leptospira), dan Vibrionaceae (Vibrio cholerae).
Kemenkes akan memanfaatkan daftar patogen prioritas untuk meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat nasional, termasuk ketersediaan vaksin, obat-obatan, dan penanggulangan lainnya.
“Identifikasi prioritas ini juga memperkuat surveilans rutin yang dilakukan salah satunya melalui program ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections), serta pemanfaatan laboratorium kesehatan masyarakat (labkesmas),” ucap Bonanza.
Saat ini, terdapat 232 labkesmas tingkat 2 di berbagai kabupaten/kota, 30 labkesmas tingkat 3 di provinsi, dan 2 labkesmas nasional, salah satunya dengan fasilitas Biosafety Level 3 (BSL-3) di Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan, Jakarta.
“Diharapkan dengan adanya identifikasi ini, akan meningkatkan kewaspadaan semua pihak serta memperkuat aliran informasi dan sistem peringatan dini terhadap situasi yang berkembang di wilayah masing-masing,” sambung Bonanza.
Indonesia juga mengadopsi pendekatan One Health, yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk menghadapi tantangan kesehatan secara holistik. Pendekatan ini selaras dengan rekomendasi WHO, FAO, dan WOAH.
Selain fokus pada patogen prioritas, pemerintah terus memantau penyakit infeksi yang berpotensi menimbulkan kedaruratan, seperti Mpox, COVID-19, MERS, dan Avian Influenza (H5N1, H5N6, H9N2).
[nadira]