ThePhrase.id - Generasi Z pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah FOMO (Fear of Missing Out), yaitu rasa takut ketinggalan informasi, tren, atau pengalaman lainnya. FOMO bisa membuat seseorang merasa cemas dan kurang puas dengan kehidupannya. Namun, ada istilah lain yang merupakan kebalikan dari FOMO, yaitu JOMO.
Apa yang Dimaksud dengan JOMO?
JOMO atau Joy of Missing Out merupakan istilah yang menggambarkan perasaan atau tindakan seseorang yang menghindar dan memilih untuk tidak terlibat dengan kegiatan sosial atau yang berkaitan dengan tren di media sosial.
Secara tidak langsung JOMO merupakan perasaan tidak terganggu dengan kehidupan di luar lingkup diri sendiri. Sehingga seseorang yang JOMO dapat lebih fokus melakukan hal yang benar-benar disukainya, misalkan lebih memilih membaca buku dibandingkan menghadiri acara atau kegiatan lainnya.
Namun, dengan JOMO bukan berarti seseorang menjadi anti-sosial dan menghindar seluruh kegiatan sosial hingga tidak memiliki kehidupan sosial. Hal ini hanya menjadi tanda bahwa orang yang JOMO dapat memilih apa yang ingin dilakukan tanpa mengkhawatirkan apa yang sedang trending atau dilakukan oleh orang lain.
Psikolog Susan Albers, PsyD, menjelaskan bahwa FOMO dapat diubah menjadi JOMO. Pasalnya FOMO merupakan tindakan yang kurang sehat untuk kesehatan mental jika terus menurus dilakukan. Maka JOMO merupakan ide yang lebih sehat yang dapat membantu seseorang untuk memprioritaskan self-care atau kesejahteraan diri sendiri.
JOMO dapat membantu untuk lebih memfokuskan pilihan diri sendiri tanpa perasaan tertekan untuk mengikuti kegiatan yang sebenarnya tak ingin diikuti. Dalam kata lain, tidak merasa bersalah atau FOMO ketika memilih tidak menghadiri suatu acara.
Selain itu, JOMO juga tentang rasa sadar atas perasaan diri sendiri yang lebih menikmati kegiatan sederhana, misalkan merencanakan perkumpulan kecil dengan sahabat.
"JOMO memungkinkanmu untuk menjadi autentik dan setia pada dirimu sendiri, melakukan apa yang benar-benar ingin dilakukan dan menghargai apa yang kamu anggap penting," kata Dr. Albers.
Mungkin bagi beberapa orang menerapkan JOMO lebih susah daripada yang dipikirkan, terutama dengan hadirnya media sosial yang mendorong perasaaan FOMO, karena orang bisa dengan mudah melihat kegiatan orang lain dan tren yang sedang ada. Hal ini dapat menimbulkan perasaan seperti kesedihan hingga rasa iri. Maka salah satu cara untuk dapat menerapkan JOMO adalah dengan menghindari media social sebisa mungkin.
JOMO membantu untuk memilih dan memusatkan perhatian pada aktivitas atau hubungan yang memiliki makna mendalam bagi iri sendiri.
Meskipun begitu, JOMO tak harus diterapkan setiap hari selama 24 jam. Di sisi lain, FOMO dapat menjadi motivator untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru yang dilakukan oleh orang lain.
Namun, JOMO juga memiliki beberapa manfaatnya, seperti:
[Syifaa]