ThePhrase.id - Kota Yogyakarta resmi memperkenalkan motif batik terbaru bernama Batik Segoro Amarto dalam acara peluncuran di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) pada Kamis (22/5). Motif baru ini menjadi simbol semangat pelestarian dan inovasi batik yang telah menjadi bagian penting dari identitas Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menjelaskan bahwa Batik Segoro Amarto merupakan hasil transformasi dari motif lama, dengan penyegaran desain namun tetap mempertahankan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Motif ini memuat berbagai unsur khas, seperti Peksi Bulu 10 yang berasal dari era Sri Sultan Hamengkubuwono X, melambangkan semangat untuk terus maju dan berkembang. Selain itu terdapat juga motif cepek papat (sedulur papat) yang mencerminkan pelindung manusia sejak dalam kandungan hingga akhir hayat.
Motif lainnya meliputi asem jawa yang bermakna sinom dan sengsem yang berarti semangat muda dan sifat menyenangkan, motif canting sebagai simbol Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia, serta motif ceplok belah papat yang melambangkan air sebagai sumber kehidupan, merepresentasikan makna Segoro Amarto.
Tak hanya itu, motif truntum lima menggambarkan lima sila Pancasila, motif pelita melambangkan harapan dan penerangan hidup, motif sawo kecik atau "sarwo becik" berarti selalu diberikan kebaikan, motif Tugu Pal Putih sebagai simbol manunggaling kawulo lan gusti, serta motif buku dan pena sebagai cerminan Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Kota Pelajar.
Hasto menegaskan bahwa batik harus menjadi bagian produktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan jumlah hampir 6.000 pegawai di lingkungan OPD Pemkot Yogyakarta, Batik Segoro Amarto akan dikenakan minimal sekali dalam seminggu. Selain itu, pelajar dari tingkat SD hingga SMA juga diwajibkan memakainya. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi nyata bagi para pengrajin batik di kota tersebut.
"Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sudah dimiliki, cap batik pun telah tersedia. Selanjutnya kita tinggal membentuk kelompok produksi. Koperasi Merah Putih bisa mulai bergerak, bukan sekadar koperasi jasa, tapi betul-betul koperasi produksi yang nyata. Ini juga menjadi upaya mengurangi koperasi yang hanya berfokus pada simpan pinjam," jelasnya. [Syifaa]