lifestyleRelationship

Kenali Toxic Traits dalam Pertemanan yang Sering Tak Disadari

Penulis Ashila Syifaa
May 04, 2025
Ilustrasi pertemanan toxic. (Foto: Pexels/cottonbro studio)
Ilustrasi pertemanan toxic. (Foto: Pexels/cottonbro studio)

ThePhrase.id - Pertemanan merupakan elemen penting dalam kehidupan sosial yang dapat membawa banyak manfaat positif, mulai dari dukungan emosional hingga meningkatkan kesehatan mental.

Namun, di balik hubungan pertemanan yang erat, tidak sedikit orang yang tanpa disadari terjebak dalam hubungan yang toxic. Hal ini karena dalam pertemanan terkadang terdapat sifat-sifat racun atau toxic traits yang tersamarkan dalam bentuk perhatian, candaan, atau bahkan kedekatan yang terlihat wajar.

Lalu apa saja toxic traits yang wajib diwaspadai dalam hubungan pertemanan?

Pada dasarnya, toxic traits merupakan perilaku atau sikap dalam sebuah hubungan yang secara perlahan dapat merusak kepercayaan diri, kenyamanan emosional, serta keseimbangan psikologis seseorang.

Sifat-sifat ini tidak selalu muncul dalam bentuk yang ekstrem, justru seringkali berwujud halus dan membingungkan, sehingga membuat seseorang merasa bersalah ketika ingin menetapkan batasan atau mengambil jarak.

Dalam jangka panjang, keberadaan sifat-sifat ini bisa menyebabkan seseorang merasa lelah secara mental, kehilangan rasa percaya diri, dan terjebak dalam lingkaran pertemanan yang merugikan dirinya sendiri.

Meski begitu, toxic traits memiliki beberapa ciri umum yang dapat dikenali melalui berbagai perilaku yang tampaknya sepele, tetapi berdampak besar jika dibiarkan, antara lain adalah sikap kompetitif yang belebihan.

Sifat ini terkadang dapat berupa teman yang selalu ingin terlihat lebih unggul dan sulit merasa bahagia atas keberhasilan orang lain. 

Bentuk lain yang juga sering terjadi adalah kebiasaan menyindir, mengejek, atau meremehkan, yang biasanya dibungkus dengan alasan bercanda, padahal hal tersebut secara perlahan merusak harga diri dan membuat seseorang merasa tidak dihargai.

Selain itu, dapat muncul dalam bentuk manipulasi emosional yang sering membuat seseorang merasa bersalah saat tidak memenuhi keinginannya atau bersikap seolah-olah menjadi korban demi mendapatkan simpati.

Adapun sikap yang selalu menolak untuk mengakui kesalahan dan cenderung menyalahkan pihak lain dalam setiap konflik. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan, karena hanya satu pihak yang terus-menerus merasa bertanggung jawab atas masalah yang muncul.

Tanda-tanda lain yang perlu diwaspadai adalah pola hubungan yang tidak seimbang, di mana seorang teman hanya muncul saat membutuhkan bantuan namun menghilang saat orang lain membutuhkan dukungan.

Bahkan, ada teman yang secara halus mencoba mengontrol keputusan-keputusan penting dalam hidup seseorang, mulai dari dengan siapa boleh berteman hingga pilihan pekerjaan atau pasangan. Dalam kasus seperti ini, kepedulian yang ditunjukkan ternyata hanya topeng dari sifat posesif dan keinginan untuk mendominasi.

Satu lagi ciri penting dari pertemanan yang tidak sehat adalah kurangnya penghargaan terhadap batasan pribadi. Ketika seorang teman terus-menerus mencampuri urusan pribadi tanpa izin, mengabaikan permintaan untuk menjaga privasi, atau memaksa masuk ke ruang-ruang emosional yang tidak ingin dibagi, maka itu adalah sinyal jelas bahwa hubungan tersebut tidak menghormati integritas individu.

Untuk menghadapi hubungan seperti ini, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengenali tanda-tandanya dengan jujur dan berani mengakui bahwa pertemanan tersebut tidak sehat. Setelah itu, penting untuk mulai menetapkan batasan yang jelas, berkomunikasi secara terbuka mengenai perasaan yang dirasakan, serta tidak ragu mengambil jarak jika situasi tidak membaik.

Menjaga hubungan sosial yang sehat bukan berarti menghindari konflik, tetapi tentang bagaimana kedua pihak bisa saling mendukung, menghargai, dan tumbuh bersama tanpa saling menyakiti. [Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic