leader

KH Agus Sunyoto, Sejarawan Islam dan Penulis Buku Atlas Wali Songo

Penulis Rahma K
Jan 26, 2022
KH Agus Sunyoto, Sejarawan Islam dan Penulis Buku Atlas Wali Songo
ThePhrase.id – Pada April 2021, Indonesia berduka kehilangan sosok sejarawan Islam Indonesia, KH Agus Sunyoto yang berjasa dalam memberikan fakta terkait sejarah Islam di Indonesia dan juga sejarah Wali Songo yang dianggap sebagai mitos oleh sebagian masyarakat.

Kiai Agus berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Ia mengawali kariernya sebagai seorang wartawan pada Jawa Pos dan mengakhirinya sebagai seorang sejarawan dan penulis. Ia juga merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan seorang pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur.

KH Agus Sunyoto. (Foto: nu.or.id)

Penulis buku Atlas Wali Songo


Sosoknya dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang meluruskan fakta dan mengungkapkan bukti-bukti komprehensif tentang keberadaan Wali Songo yang dianggap sebagai mitos oleh berbagai kalangan melalui buku yang berjudul Atlas Wali Songo.

Diterbitkan pertama kali tahun 2012, buku ini adalah hasil penelitian Kiai Agus dengan menggunakan pendekatan arkeologis dan sejarah total. Buku ini juga merupakan reaksi Kiai Agus atas buku Eksiklopedia Islam oleh Ikhtiar Baru Van Houve yang mana tidak menyebut Wali Songo sama sekali dalam menjelaskan sejarah Islam di Indonesia.

Hal tersebut berhubungan juga dengan pemahaman masyarakat Islam Indonesia yang menganggap bahwa cerita Wali Songo merupakan mitologi belaka. Kiai Agus prihatin dengan fenomena ini, sehingga ia memutuskan untuk melakukan penelitian sejarah ilmiah terkait wali Songo.

Dalam penelitiannya, Kiai Agus menggunakan sumber-sumber primer sejarah Wali Songo untuk mengumpulkan fakta. Bahkan, sumber primer tersebut beraksara Jawa sekalipun. Buku tersebut juga sempat mengalami hambatan dan tertunda sekitar 3 tahun.

"Semua sumber-sumber primer tentang Wali Songo itu beraksara Jawa," ungkap KH Agus Sunyoto dalam sebuah kesempatan kelas sejarah di STAINU (STAI Nahdlatul Ulama) Jakarta, dilansir dari laman resmi NU.

KH Agus Sunyoto. (Foto: nu.or.id)


Buku yang menjadi hasil jerih penelitiannya bahkan mendapatkan penghargaan Buku Terbaik Nonfiksi dari Islamic Book Fair pada tahun 2014. Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Setia Dharma Madjid menyerahkan penghargaan tersebut pada Kiai Agus.

Selain menulis Atlas Wali Songo, Kiai Agus juga menulis buku-buku lainnya yang bernuansa Islami. Terlebih lagi, sebagai seorang sejarawan dan penulis, Kiai Agus juga banyak menulis penelitian dan karya ilmiah terkait Islam dan sejarah. Beberapa karya non ilmiahnya juga telah banyak dipublikasi di berbagai koran nasional.

Pendidikan


Agus Sunyoto penempuh pendidikan di sekolah formal di Surabaya dan Malang. Ia merupakan lulusan SMA IX Surabaya dan melanjutkan pendidikan S1 di IKIP Negeri Surabaya pada jurusan Seni Rupa, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni. Ia kemudian melanjutkan program magister di jurusan Pendidikan Luar Sekolah di IKIP Malang.

Di luar pendidikan formalnya, Kiai Agus juga menempuh pendidikan agama di berbagai pondok pesantren. Ia pernah menempuh pendidikan Islam di Pesantren Nurul Haq Surabaya yang diasuh oleh KH M. Ghufron Arif.

Kemudian Kiai Agus lanjut memperdalam ilmunya dengan belajar kepada KH Ali Rochmat di Wedung, Demak, Jawa Tengah. Pada tahun 1994, ia masuk ke Pesulukan Thariqah Agung (PETA) di Tulungagung, di bawah asuhan KH Abdul Jalil Mustaqiim dan KH Abdul Ghofur Mustaqiim.

Kiprah di Nahdlatul Ulama


Pengurus Lesbumi PBNU. (Foto: nu.or.id)


Di Nahdlatul Ulama, Agus Sunyoto pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU. Kontribusinya dalam NU sebagai salah seorang pengurus cukup beragam.

Ia merupaan salah satu perintis jurusan Islam Nusantara di STAINU Jakarta (kini menjadi Unusia), pada tahun 2013 atas perspektif sejarahnya yang luas. Ia juga selalu hadir untuk memberikan perspektif sejarah baru dalam setiap forum pengembangan kurikulum sejarah Islam Nusantara di STAINU Jakarta.

Selain itu, sebagai pemimpin Lesbumi, Kiai Agus juga merupakan penggagas Saptawikrama yang berisi tujuh strategi kebudayaan. Saptawikrama itu sendiri merupakan bagian integral pedoman kebijakan NU dalam merumuskan kebijakan dan menentukan sikap terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Kebijakan tersebut dirasa perlu oleh Kiai Agus karena pada saat ini umat Islam Indonesia,khususnya warga NU tengah menghadapi dua tantangan kebudayaan besar, dari barat dan timur. Maka dari itu, perlu strategi kebudayaan yang berangkat dari kekuatan yang dimiliki Indonesia. [rk]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic