ThePhrase.id – Dalam rangka memperingati dan merayakan Hari Batik Nasional, Komunitas Fesyen Berkelanjutan EMPU mengadakan peragaan batik yang tidak biasa. Mereka menggelar acara tersebut di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) atau Sky Bridge di Jalan Pandanaran, Semarang.
Tidak hanya diperagakan oleh para model profesional, berbagai macam busana batik pada acara tersebut juga ditampilkan oleh 2 orang tenaga kesehatan (nakes) yang terdiri dari seorang dokter dan perawat.
Salah satu karya yang dipertontonkan dalam acara ini yaitu batik motif Semarangan dan motif kontemporer. Batik ini menggunakan pewarna indigo atau daun nila yang dibudidayakan di wilayah Gunung Pati oleh Zie Batik Semarang, salah satu anggota Komunitas Fesyen Berkelanjutan EMPU.
Selain Zie Batik Semarang, acara peragaan ini juga diikuti oleh beberapa peserta lain seperti Sora Sibori, Mlati Wangi, RhaBag, Alamasa, Collabox, dan koleksi The Soeratman Foundation.
Para model dan nakes yang menampilkan berbagai macam karya batik dalam acara yang diselenggarakan oleh Komunitas EMPU (Foto: Instagram/empu_for_sustainable_fashion)
Dengan menyusuri JPO beralaskan pelat besi di ketinggian sekitar 7 meter dan lebar 3 meter tersebut, para model berjalan anggun menampilkan berbagai macam karya busana batik khas Nusantara.
Sebagai salah seorang nakes yang ikut tampil pada acara memperingati Hari Batik Nasional tersebut, Putri Rachmawati mengaku dirinya merasa bangga.
“Ini sebagai bentuk perhatian terhadap nakes. Jadi merasa bangga,” ungkap perawat dari RSUD Tugu Semarang ini.
Selain itu, Putri juga tidak lupa menyampaikan pesannya dalam merayakan Hari Batik Nasional agar tetap memperhatikan prokes Covid-19.
“Boleh euforia, tetapi tetap menjaga prokes,” tuturnya.
Putri Rachmawati, nakes RSUD Tugu Semarang (kanan) bersama dengan salah satu model pada peragaan batik Komunitas EMPU (Foto: Instagram/empu_for_sustainable_fashion)
Salah seorang anggota komunitas EMPU, Lina Soeratman mengatakan bahwa pihaknya sengaja melibatkan 2 nakes dalam acara tersebut sebagai bentuk penghargaan dan ucapan terima kasih atas perjuangan para nakes selama musim pandemi ini.
“Para nakes telah bekerja keras dalam penanganan Covid-19, sehingga saat ini pandemi Covid-19 sudah membaik,” ungkap Lina.
Bertemakan ‘Memulihkan Bumi dan Ekonomi Melalui Batik Berbudaya Tinggi yang Ramah Lingkungan’, acara ini tidak hanya menampilkan berbagai macam karya batik, namun juga mengampanyekan pengelolaan batik ramah lingkungan.
Salah satu karya batik ramah lingkungan yang ditampilkan pada acara peragaan batik komunitas EMPU (Foto: Instagram/empu_for_sustainable_fashion)
“Membangun pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sistem fesyen, baik dari sisi produsen dan konsumen yang bijaksana, agar fesyen tidak membawa dampak negatif pada perusakan lingkungan dan tidak menimbulkan ketidak adilan sosial,” imbuhnya.
Berbagai produk batik yang diklaim dapat mencegah pemanasan global dan perubahan iklim yang ditampilkan dalam acara peragaan ini antara lain tas berbahan dasar serat eceng gondok, rotan, serta purun.
Lina menambahkan, bahwa dalam acara ini, terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh komunitas EMPU, yakni sebagai gerakan untuk mengingatkan kembali akan pentingnya melestarikan batik sebagai karya warisan budaya yang telah diakui dunia. [hc]