lifestyle

Komunitas Rastik Bandung, Mengolah Barang Bekas Menjadi Barang Antik

Penulis Ashila Syifaa
Jan 27, 2022
Komunitas Rastik Bandung, Mengolah Barang Bekas Menjadi Barang Antik
ThePhrase.id – Sampah sudah menjadi permasalahan bagi lingkungan sekitar, namun bagi komunitas Rastik Bandung barang bekas bisa diolah menjadi barang antik.

Komunitas Rastik merupakan kumpulan pegiat lingkungan yang berlokasi di Jalan Pamitran IV No. 22 Cipadung Kulon, Bandung.

Komunitas ini sudah bejalan selama sepuluh tahun mengolah barang bekas dan sampah menjadi kreasi yang unik. Sampah yang mereka gunakan adalah sampah anroganik seperti plastik, logam dan elektronik.

Komunitas yang didirikan Enie Mualifah ini, setiap Sabtu dan Minggu rutin menggelar kegiatannya. Dimulai dengan mengumpulkan barang bekas kemudian dilanjutkan dengan mengolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.

“Biasanya kita dapat sampah dari warga sekitar. Tapi, kalau saat kita bikin ternyata masih kurang bahan, biasanya kita cari ke tukang rongsok,” sebut Enie.

Washtafel yang terbuat dari mesin jahit. (Foto: bandung.go.id)


Uniknya lagi, hasil karya komunitas Rastik ini memiliki banyak penggemarnya. Hasil karya dari memanfaatkan barang bekas tersebut dijual online. Selama berjualan online, sambung Enie, banyak mendapatkan respon positif dari masyarakat.

Konsumen Rastik tak hanya perorangan namun juga berasal dari instansi pemerintah.

“Banyak yang pesan Alhamdulillah. Ada dari pemerintah sekitar Bandung. Ada juga yang personal dari Kalimantan pesan karya kita,” imbuh Enie.

Hasil karya komunitas Rastik memiliki variasi harga yang berbeda-beda. Ini tergantung dengan kesulitan dalam membuat pesanan karyanya. Semakin rumit dan spesifik pesanannya, biasanya juga semakin sulit untuk mencari bahan bakunya. Biasanya ada permintaan yang spesifik menggunakan barang bekas elektronik.

Kisaran harganya mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 1,5 juta. Ini tergantung dengan ukuran, tingkat kesulitan dan bahan serta  lama pembuatannya.

Karya-karya komuinitas Rastik. (Foto: bandung.go.id)


“Paling mudah itu kita bisa menyelesaikan dalam waktu satu jam, seperti gelas pot, atau kerajinan yang diukir sederhana. Lalu, yang lama itu bikin lukisan, instalasi, atau wastafel. Biasanya jadi dua minggu atau 1-2 bulan,” jelas Enie.

Karya Rastik bermacam-macam mulai dari busana hingga wastafel. Menariknya lagi busana yang dibuat memiliki bahan baku kulit jengkol sedangkan wastafelnya terbuat dari bahan elektronik bekas yaitu mesin jahit manual dan monitor tabung.

Pembuatan wastafel tersebut membutuhkan waktu duan minggu dan terjual seharga Rp 1,5 juta, karena bahan yang sulit dicari seperti mesin jahit manual yang pakai kaki dan monitor tabungnya. Busana produk Komunitas Rastik telah mendapatkan penghargaan dari Atalia Praratya tahun 2017, ketika Ridwan Kamil masih menjadi Wali Kota Bandung.

“Waktu itu kami diundang ke acara fashion show pameran batik di Siliwangi tahun 2017. Beberapa busana yang kami buat itu dari bahan kulit jengkol dan bekas jok sofa. Alhamdulillah dapat penghargaan dari Ibu Atalia,” ungkap Enie.

Enie berharap bahwa masyarakat dapat menyadari sampah dan barang bekas masih memiliki nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan kembali untuk mengurangi sampah yang berdampak buruk pada lingkungan.

“Semoga masyarakat jadi paham ya kalau sampah itu juga masih punya nilai ekonomi kalau kita bisa mengolahnya dengan cara yang tepat,” tandasnya. [Syifaa]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic