Konflik Rusia – Ukraina Dorong Percepatan EBT Dunia

ThePhrase.id – Dampak konflik antara Rusia dan Ukraina mulai terasa, salah satunya kenaikan harga yang signifikan bagi komoditas energi seperti minyak mentah, gas bumi, dan batu bara. Kendati demikian, konflik ini rupanya mampu dorong percepatan EBT (Energi Baru Terbarukan) bagi dunia.

Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan bahwa kenaikan harga tersebut telah memaksa sejumlah negara di dunia, terutama di Eropa untuk segera beralih ke EBT guna memenuhi sumber daya energi di negaranya.

Selain dikarenakan oleh ketidak-seimbangan antara suplai dan demand serta gangguan distribusi yang terjadi, sanksi yang dijatuhkan oleh beberapa negara di Eropa kepada Rusia juga menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga dan terancamnya ketersediaan komoditas energi di benua biru tersebut.

Hal ini disebabkan oleh posisi Rusia yang selama ini merupakan salah satu negara yang memasok energi terbesar bagi negara-negara tersebut.

“Melakukan diversifikasi pasokan gas dari sumber-sumber lain (bukan dari Rusia). Untuk mengamankan pasokan gas untuk kebutuhan Industri,” katanya.

Selain itu, krisis energi di Eropa beberapa waktu lalu juga rupanya telah membuat sejumlah negara di benua tersebut membuat kebijakan energi baru, sehingga upaya percepatan transisi ke EBT merupakan sebuah tindakan lanjutan.

“Saat ini Eropa membahas untuk mengakselerasi energi terbarukan dan pengembangan hidrogen hijau dan mendorong efisiensi energi, termasuk mengganti penggunaan gas boiler dengan heat pump untuk pemanasan di bangunan,” imbuh Fabby, dikutip dari Bisnis, (7/3/2022).

Fabby mengatakan bahwa krisis energi yang hingga kini terjadi benar-benar bisa membuat negara lainnya juga mulai memikirkan untuk melepaskan ketergantungan pada sumber energi tak terbarukan.

“Salah satu pelajaran berharga dari krisis energi hari ini adalah energy security itu sangat penting bagi setiap negara dan kawasan. Ketergantungan pada satu sumber energi akan mengancam ketahanan energi,” tandas Fabby. [hc]