features

Kosongnya BBM di SPBU di Inggris, Pertanda Krisis Energi?

Penulis Aswan AS
Oct 11, 2021
Kosongnya BBM di SPBU di Inggris, Pertanda Krisis Energi?
Ilustrasi SPBU. (Foto: pexels/sergio souza)


ThePhrase.id - Loury (bukan nama sebenarnya), seorang akademisi di sebuah universitas di Pittsburgh (AS),  terpaksa menginap di bandara Ohare, Chicago, karena pesawatnya menuju Colombus, Ohio delay selama 18 jam.

Delay ini bukan karena pesawat tidak ready tetapi karena petugas administrasi untuk check in di bandara itu banyak yang tidak masuk kerja, meskipun angka penyebaran Covid 19 sudah melandai. Para pekerja itu memilih tinggal di rumah  selama pemerintah masih memberlakukan pembatasan kegiatan sosial.

“Mereka belum mau masuk kerja, bukan karena Covid,  tapi karena mereka memilih untuk menikmati uang bantuan yang dikucurkan pemerintah,” kata Loury kepada ThePhrase.

Akibatnya banyak sektor publik seperti angkutan darat dan udara tidak beroperasi karena tidak ada pekerjanya.

Kondisi ini menjadi salah satu penyumbang melambatnya ekonomi AS saat ini, di samping bencana akibat cuaca seperti badai  di New Jersey dan kebakaran  di California. Apalagi saat ini, mulai masuk musim dingin yang mengharuskan warga banyak tinggal di rumah.

Bisa dimaklumi jika warga memilih untuk tidak bekerja selama bantuan pemerintah masih mengalir.  Karena bantuan itu diberikan kepada warga yang memenuhi syarat sebesar US $. 1.400  (sekitar  Rp. 20 juta) yang lebih dari cukup untuk menopang biaya hidup selama sebulan.

Keengganan untuk masuk kerja selama pandemi ini juga terjadi di negara-negara Eropa, seperti di Inggris dan negara sekitarnya. Krisis BBM di sejumlah SPBU di Inggris bukan karena tidak ada stok tetapi akibat pasokan yang tersendat karena sopir truk pengangkut BBM banyak yang tidak masuk kerja.

Menurut penuturan WNI di Inggris, kekosongon itu tidak massif tetapi hanya terjadi beberapa SPBU di kawasan perkotaan. Kondisinya pun normal saja tidak ada antrian mengular seperti antrian BBM yang sering terjadi di Indonesia.

Isu ini kemudian melebar menjadi isu krisis energi di Eropa yang memicu sentimen terhadap harga energi dunia.  Tidak hanya crude dunia tetapi juga ikut mengerek harga minyak nabati.

Melebarnya isu BBM ini karena akan menyinggung banyak kepentingan dan isu global.  Mulai dari isu efek rumah kaca, transisi energi hingga industri otomotif yang mulai menggeser penggunaan dari energi fosil ke energi istrik. Maka fenomena kosongnya BBM di beberapa SPBU telah berubah menjadi isu besar krisis energi. Padahal fakta di lapangan kosongnya BBM di SPBU karena tidak ada sopir truk pengantar BBM ke SPBU itu yang masuk kerja.

Paling tidak itulah yang disampaikan oleh Kedutaan Inggris di Jakarta sebagai penyebab krisis BBM di SPBU Inggris. "Masalah yang kita lihat selama beberapa hari terakhir ini adalah kekurangan pengemudi truk berat HGV (Heavy Goods Vehicle) yang bersifat sementara karena Covid-19, seperti yang terjadi di negara lain seperti Jerman dan Polandia," kata pernyataan dari Kedutaan Inggris.

Namun Loury, Akademisi di AS itu  punya kesimpulan sendiri. Menurutnya pandemi covid 19 ini menjadi satu kesempatan buat sebagian orang untuk mengambil keuntungan termasuk pekerja paroh waktu yang masuk dalam daftar penerima bantuan.

“Karena kesamaan musim Amerika dan Eropa, maka ada juga kesamaan rutinitas orang dalam beraktivitas. Datangnya musim dingin dan tersedianya bantuan sosial membuat orang memilih untuk tidak datang ke tempat kerja,” tandasnya.  (Aswan AS)

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic