ThePhrase.id – Sudah lama baja produksi Cina menjadi tantangan tersendiri bagi pasar baja dunia, termasuk Indonesia. Namun saat ini, keadaan Negeri Tirai Bambu yang sedang mengalami krisis energi rupanya memunculkan harapan baru bagi pihak-pihak yang terkait dengan industri baja.
Salah satu dampak positif yang paling dirasakan oleh para produsen baja di Indonesia adalah mulai stabilnya harga jual baja. Karena menurut mereka, selama ini baja produksi Cina dianggap sebagai penyebab harga jual baja tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Silmy Karim, selaku Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengungkapkan bahwa harga jual baja menjadi lebih baik semenjak terjadinya krisis energi di Cina. Hal ini sangat membantu para pelaku usaha baja di dunia.
Pabrik baja Krakatau Steel (Foto: SindoNEWS)
"Dulu kan karena banyaknya supply dari Cina, setiap kelebihan supply mereka buang ke negara lain dengan harga banting, sekarang dengan krisis energi maka Cina tidak lagi membanting harga," ungkap Silmy.
Silmy mengatakan bahwa krisis energi yang dialami oleh Cina secara tak langsung dapat membawa dampak positif bagi negara-negara produsen baja di dunia. Meskipun, hingga saat ini Cina masih menjadi pemasok utama baja karbon dunia dengan kapasitas produksi hingga 1 miliar ton per tahun.
"Harga lebih terjaga, tidak lagi banting-bantingan," katanya.
Baja asal Cina (Foto: Media BUMN)
Seperti diketahui, banjir yang menerjang pusat produksi batu bara utama di Provinsi Shanxi, Cina merupakan salah satu faktor utama Cina mengalami krisis energi. Cina menggunakan batu bara sebagai sumber energi utama hingga 60% total penggunaan energi di negaranya.
Dilansir dari Biro Manajemen Darurat Provinsi, hujan lebat yang menyebabkan banjir di provinsi Shanxi membuat 60 tambang batu bara di provinsi tersebut tutup. Hujan ini juga menghancurkan 1.900 bangunan dan membawa dampak negatif terhadap 1,75 juta warganya. [hc]