ThePhrase.id – Singapura kini diberitakan mulai menghadapi krisis energi. Listrik di negara tersebut perlahan-lahan mengalami lonjakan harga, bahkan Singapore LNG Corp (SLNG) juga saat ini dikabarkan tengah berupaya melakukan pembelian kargo gas alam cair (LNG) dari pasar spot.
Menanggapi hal ini, Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto meminta pemerintah dan Pertamina untuk segera melakukan antisipasi terhadap fenomena krisis energi yang sudah terjadi di sejumlah negara di dunia.
Selain itu, dirinya juga mengimbau pemerintah untuk memperketat pengawasan proses distribusi BBM dan LNG, agar persediaan energi dalam negeri tetap terjaga.
Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto (Foto: dpr.go.id)
“Rencana pembelian LNG ini terhitung tidak biasa mengingat Singapura memiliki cadangan energi yang terjaga. Jangan sampai terjadi penyelundupan ke negara lain sehingga mengancam persediaan BBM di dalam negeri,” ujar Mulyanto.
Mulyanto memperingatkan pemerintah agar mewaspadai penyulundupan tersebut karena menurutnya, harga gas yang melambung tinggi di pasar internasonal merupakan peluang besar bagi pengusaha untuk mengambil keuntungan. Dampaknya kuota pasokan gas dan listrik dalam negeri pun bisa menjadi langka karena terlalu banyak diekspor.
Ilustrasi pengisian BBM pada kendaraan (Foto: otosia.com)
”Oleh karena itu pemerintah harus tegas menindak siapapun yang coba menyalagunakan kuota BBM dan LNG ini. Kalau tidak diperketat bisa mengancam keamanan persediaan BBM dan LNG kita,” paparnya.
Sementara itu, Mulyanto juga meminta pemerintah untuk segera melancarkan distribusi BBM ke wilayah Sumatra Utara yang kini sedang mengalami kelangkaan BBM agar kasus ini tidak tersebar hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia.
”Kita perlu langkah-langkah antisipatif dalam melakukan mitigasi risiko krisis energi yang melanda beberapa negara seperti Inggris, China, dan India agar masalah tersebut tidak menjalar ke Indonesia,” tandas Mulyanto.
Fakta Krisis Energi Di Singapura
Tak hanya ditandai dengan kenaikan harga listrik dan pembelian kargo gas alam cair oleh Singapore LNG Group, krisis energi di Singapura juga mulai terlihat dengan tumbangnya sejumlah perusahaan pengecer listrik di negara tersebut. Terhitung saat ini sudah terdapat 3 perusahaan yang berencana untuk keluar dari bisnis listrik di Singapura, seperti, SilverCloud Energy, Ohm Energy dan iSwitch yang akan berhenti untuk beroperasi.
Beberapa hal yang diklaim menjadi penyebab krisis energi di antaranya peningkatan permintaan global untuk gas alam setelah dunia kini mulai pulih dari pandemi Covid-19, dan lockdown pun mulai dilonggarkan atau ditiadakan, sehingga permintaan listrik menjadi naik di “Negeri Singa” itu.
Tak hanya permintaan gas dan listrik yang meningkat, krisis energi di Singapura juga rupanya disebabkan oleh impor energi dari RI yang saat ini sedang mengalami kendala.
Ilustrasi Singapura (Foto: Esse mundo e nosso)
"Ada juga pembatasan gas alam perpipaan dari West Natuna (RI) dan rendahnya gas yang dipasok dari Sumsel," imbuh otoritas energi Singapura, EMA, yang dikutip dari Channel News Asia (CNA).
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa sekitar 60% pasokan gas di Singapura yakni berasal dari Indonesia.
Sementara itu, dilansir dari CNBC Indonesia, Julius Wiratno selaku Deputi Operasi SKK Migas juga mengkonfirmasi kendala pasokan energi dari Indonesia ini.
"Minggu lalu tidak ada operational disruption ya, kecuali memang planned shutdown Jambi Merang untuk maintenance. (Tapi) beberapa waktu yang lalu ConocoPhillips memang ada gangguan cukup lama dari Mei sampai Agustus. Sekarang sudah back to normal. Pada waktu kita ada unplanned shutdown ya memang kurang supply ke Singapore. Tapi sekarang seharusnya sudah normal," ungkap Julius.
Tanggapan Pertamina
Di sisi lain, Pertamina memastikan kebutuhan BBM masyarakat terpenuhi, baik gasoline maupun gasoil.
Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman menegaskan bahwa saat ini stok BBM Pertamina dalam kondisi cukup sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap dihimbau membeli BBM sesuai kebutuhan.
Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman (Foto: Istimewa)
"Stok untuk produk yang meningkat signifikan yaitu Solar mencapai 17 hari dan Pertamax mencapai 18 hari. Pengiriman dari Terminal BBM juga terus dilakukan setiap hari ke seluruh SPBU dan Kilang juga terus berproduksi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir," jelas Fajriyah.
Untuk memastikan distribusi berjalan lancar dan aman, Pertamina terus meningkatkan pengawasan di lapangan bekerj asama dengan aparat penegak hukum, berkoordinasi secara intensif dengan Pemda dan instansi terkait, hingga pemberian sanksi tegas kepada SPBU yang menyalurkan BBM tidak sesuai dengan ketentuan. [hc]