ThePhrase.id – Dosen Fakutas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR, Kukuh Yudha Karnanta berhasil meraih penghargaan dalam Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2021 yang digelar pada 10 November 2021. FFI sendiri di tahun ini mengusung tema “Sejarah Film dan Media Baru” dengan subtema “Beralih Masa Bertukar Rasa Film Indonesia”.
Kukuh Yudha Karnanta saat menghadiri Malam Penghargaan Malam Piala Citra FFI 2021 (Foto: tiktok/festivalfilmid)
Kukuh, nama sapaan dosen ini, berhasil memenangkan penghargaan dengan kategori Karya Kritik Film Terbaik melalui karyanya yang berjudul “Going Gaga Kejahanaman: Martabat dan Pandangan Dunia Perempuan Tanah Jahanam”. Berhasil memenangkan penghargaan bergengsi ini, ia mengaku cukup kaget.
“Untuk sejenak saya merasa freeze. Mungkin juga karena efek yang membacakan nominasinya adalah Dian Sastro, hehe,” candanya.
Menurut dosen prodi Bahasa dan Sastra Inggris ini, kemenangannya dapat dimaknai sebagai ‘alarm’ untuk meneruskan studinya dengan mempelajari kajian seputar film. Penghargaan ini juga ia dedikasikan sebagai kado untuk Unair yang merayakan dies natalisnya ke-67.
“Penghargaan ini saya terima bertepatan dengan hari ulang tahun Unair. Semoga bisa bermakna bagi almamater,” ujarnya.
Kukuh Yudha Karnanta (Foto: twitter/kykarnanta)
Ternyata, penghargaan yang ia terima bukanlah prestasi pertama dosen FIB ini. Sebelumnya, Kukuh juga pernah menjadi finalis dalam LA Light Indie Movie 2006 lewat karyanya “Anak-anak itu Terlahir dari Doa” dan menjadi juara dalam Festival Film Dokumenter Yogyakarta 2009 melalui karyanya yang berjudul “Ngudal Piwulang Wandu” yang ia buat bersama Kuncoro Indra Kurniawan.
“Sebenarnya FFI ini bukan wilayah yang sepenuhnya baru. Sebelumnya, saya pernah hadir sebagai finalis LA Light Indie Movie di studio Trans TV tahun 2006 dan memenangkan dokumenter pendek pada Festival Film Dokumenter Yogyakarta 2009 lalu. Tapi ketika berinteraksi dengan tokoh-tokoh tadi, level nervousnya sangat berbeda,” imbuh Kukuh.
Kukuh mengaku mendapat pengalaman berharga bertemu banyak tokoh-tokoh besar di dunia perfilman dan dapat hadir di Malam Penghargaan FFI 2021. Lebih lanjut, dosen yang mendapat gelar dosen terbaik FIB Unair pada 2020 ini berencana untuk terus menulis kritik film dan terus belajar bersama dengan mahasiswa dan kolega lainnya.
“Unair punya prodi, SDM, dan juga banyak pengajar yang potensial menjadi peneliti maupun kreator film. Meskipun penghargaan ini tidak masuk scopus, semoga Unair bisa lebih serius menggarap, mengembangkan film sebagai produk kegiatan yang bukan hanya sebagai dokumentasi saja tetapi diniatkan sebagai karya intelektual yang artistik,” tandasnya. [fa]