trending

Manfaat Organ Satwa Liar, Mitos atau Fakta?

Penulis Firda Ayu
Mar 04, 2022
Manfaat Organ Satwa Liar, Mitos atau Fakta?
ThePhrase.id – Salah satu ancaman kepunahan berbagai satwa liar adalah melalui sindikat perburuan dan perdagangan satwa liar. Hewan-hewan terlindungi ini biasanya dijual secara hidup maupun hanya bagian organnya saja.

Organisasi konservasi spesies terancam punah, World Wildlife Fund (WWF) mengungkap bahwa kejahatan perdagangan satwa liar di Indonesia menduduki peringkat ketiga. Bahkan, PPATK mengungkap nilai transaksi perdagangan satwa liar ini diperkirakan  lebih dari Rp 13 triliun per tahun.

Tenggiling atau trenggiling
Tenggiling atau trenggiling (Foto: commonswikimedia)


Mengapa masyarakat memperjual belikan satwa liar?

Dalam jurnal Kajian Kriminologi Perdagangan Olegal Satwa Liar disebutkan bahwa salah satu faktor yang mendorong perilaku ini adalah banyaknya masyarakat yang kurang paham dalam membedakan mengenai satwa yang boleh diperjual belikan dengan satwa liar.

Selain itu, semakin langka satwa tersebut maka semakin bernilai tinggi harga satwa tersebut karena banyak masyarakat yang merasa bangga jika mengoleksi satwa liar.  Alasan mengoleksi ini bisa saja karena untuk menunjukkan kecintaan terhadap satwa, sebagai hobi dan meningkatkan status sosial akibat kelangkaan satwa tersebut.

Harimau Jawa dan Macan Tutul Jawa
Harimau Jawa dan Macan Tutul Jawa (Foto: pixabay)


Perburuan satwa liar juga dianggap lumrah di wilayah tertentu lantaran satwa tersebut biasanya dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi satwa liar ini dilakukan secara turun-temurun sehingga penjualan satwa liar dianggap wajar.

Mitos Berbagai Manfaat Organ Satwa Liar

Berbagai mitos mengenai manfaat organ satwa liar terus berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini mengakibatkan perdagangan satwa liar terus berlangsung dan susah untuk memutus rantai perdagangan gelap ini.

WCS mengungkap bahwa mitos seperti penggunaan kulit dan bagian atau organ tubuh dari satwa yang dilindungi dengan alasan kesehatan, jaga badan, jimat atau penambah kepercayaan diri  sehingga  jumlah peminat dan pengguna terus meningkat.

Jika dahulu mitos ini hanya berkembang di kalangan dukun atau paranormal kini dengan semakin berkembangnya teknologi mitos ini tersebar secara luas. Hal ini menyebabkan naiknya permintaan organ satwa liar dan kini perdagangan satwa liar mudah dijumpai di semua kalangan baik pedagang, bahkan orang-orang yang notabene berpendidikan.

Berbagai organ atau bagian satwa liar diperjual belikan
Berbagai organ atau bagian satwa liar diperjual belikan (Foto: mongabay)


Berikut mitos-mitos yang berkembang di masyarakat:

  • Cula badak dapat berfungsi sebagai anti racun.

  • Gading gajah dapat dijadikan jimat kesehatan yang menyebabkan pemegang jimat dijauhi dari penyakit gigi. Selain itu, sperma atau air mani gajah disebut dapat memberi khasiat kebatinan (klenik).

  • Melesatnya permintaan busana atau aksesoris dari kulit satwa liar seperti kulit buaya, atau harimau yang disebut menambah tingkat kemodisan barang dan kepercayaan diri pada pemakainya.

  • Telur dan daging penyu disebut mampu memberi kesehatan dan kekuatan jika dikonsumsi.

  • Daging trenggiling dapat digunakan sebagai “obat kuat” khusus pria sedangkan sisiknya akan diekspor sebagai bahan pembuatan sabu-sabu.

  • Taring, kulit dan kumis satwa harimau dapat dijadikan sebagai tuah, jimat atau pegangan bagi si pemakai.


Selain maraknya mitos-mitos di atas, minimnya sosialisasi atas pentingnya kelestarian satwa liar kepada masyarakat juga merupakan faktor yang mendorong perdagangan satwa. Banyak anggapan  bahwa kepemilikan, penggunaan dan konsumsi kulit maupun organ dari satwa liar dilindungi bukan lah suatu hal tindak pidana. [fa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic